Lihat ke Halaman Asli

Biarkan Anak Menentukan Cita-citanya Sendiri

Diperbarui: 18 Januari 2024   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Faktor yang menjadi pembentuk cita-cita anak, secara garis besar ada dua faktor:

  • Faktor Bermain
  • Cita-cita anak dapat tumbuh saat ia memiliki sesuatu kesukaan atau permainan yang sangat ia sukai, contohnya seperti bermain dokter-dokteran biasanya anak sering memainkan permainan ini bersama teman sebayanya atau ketika ia sendirian melakukanya dengan boneka, mulai dari sini anak menyukai permainan ini hingga seorang anak berfikir untuk menjadi seorang dokter.
  • Faktor Lingkungan
  • Cita-cita anak sering terjadi karena faktor lingkungannya. Misalnya faktor keluarga, ia memiliki seorang ayah Pilot ketika melihat ayahnya mengendarai pesawat anak merasa kagum melihat ayahnya yang sangat keren dan bangga melihat ayahnya sendiri, milai dari situ anak bercita-cita dan berambisi untuk menjadi Pilot.

Setiap orang tua pasti memiliki ambisi untuk membuat anaknya berhasil di masa depan. Tidak heran banyak sekali orang tua yang memiliki kebijakan untuk memaksa anaknya untuk menjadi apa yang orang tua mau. Seorang anak di beri tahu orang tuanya bahwa jika ia sudah besar harus menjadi seorang Guru. Secara pisikologis anak ini sangat bagus untuk memotivasi anak tentang pandangan masa depannya, tetapi setiap anak memiliki karakter sendiri, ada yang memiliki mindset untuk menentukan cita-citanya sendiri yang sangat bertolak belakang dengan orang tuanya.

Tujuan Di Buat Artikel Ini:

  • Kesadaran orangtua akan pentingnya mengusahakan cita-cita anak
  • Memberi kebebasan anak untuk menentukan cita-citanya sendiri
  • Membawa dan mensuport anak untuk mengushakan cita-cita yang dia inginkan
  • Meyakinkan bahwa cita-cita anak sehingga anak belajar dan berusaha untuk meraih cita-citanya tanpa paksaan dari manapun.

"Segala-galanya yang baik ketika datang dari tangan sang pencipta, segala-galanya yang memburuk dalam tangan manusia. Campur tangan orang tua/orang dewasa terhadap perkembangan anak dapat menimbulkan masalah jika itu tidak dilakukan dengan hati-hati.'' Jean Jacques Rousseau (1712-1778), Seorang Pemikir Dari Prancis.

Dari kitipan di atas mengartikan bahwa ketika anak mengekspresikan apa yang anak inginkan atau yang ia cita-citakan peran orang tua di sini seharusnya mendukung dan mengapresiasi apa yang anak ingin capai, jangan memaksakan anak melakukan apa yang orang tua inginkan. "Anak jangan di anggap miniatur orang dewasa" Johan Amos Comenius (1592-1671), Seorang Ahli Pendidikan Dari Cekho.

Wita Puspita Sari(132310117),

Mahasiswa Universitas Pelita Bangsa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline