Lihat ke Halaman Asli

Wistari Gusti Ayu

Saya seorang guru

Jangan Lupa Lakukan Cek HIV AIDS saat Periksa Kehamilan di Puskesmas

Diperbarui: 24 Oktober 2019   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: Shutterstock

Tahun 2008 saya hamil anak pertama dan memeriksakan diri di dokter kandungan. Saat itu, hal pertama yang dilakukan dokter melakukan tes kehamilan, menanyakan keluhan, USG, kemudian memberi obat sesuai apa yang saya keluhan, yaitu mual-mual. Dokter juga memberikan vitamin.

Saat itu saya sudah berhenti menjadi karyawati di perusahaan swasta di Denpasar, karena harus mengikuti suami di Tabanan. Saya melamar pekerjaan baru yaitu menjadi guru di sebuah sekolah swasta terkenal di kota Tabanan, dan syukurnya langsung diterima. 

Jadi Jamsostek yang sebelumnya saya miliki dari perusahaan swasta di Denpasar tidak bisa berlaku lagi di sekolah tempat saya mengajar.

Untuk biaya ke dokter kandungan, kami menggunakan biaya sendiri, tanpa tanggungan dari asuransi kesehatan manapun. Walaupun begitu kami tetap secara rutin melakukan kontrol ke dokter kandungan demi buah hati tercinta. Saat itu suami juga belum memiliki asuransi kesehatan karena tahun 2009 baru lolos tes CPNS. 

Kehamilan kedua terjadi pada tahun 2011, saat itu kami sudah memiliki Askes, namun karena kehamilan pertama sudah terbiasa ke praktek swasta, kami tetap berkonsultasi ke klinik tersebut.

Bulan Maret tahun 2019 ini saya haid terakhir, terhitung sudah 1 bulan usia kehamilan di bulan April. Setelah tes di rumah sepulang sekolah tanpa ditemani suami, kali ini saya mencoba memeriksakan diri ke Puskesmas, karena saya berpikir ingin memanfaatkan BPJS yang saya miliki.

Memeriksakan diri di awal kehamilan dengan BPJS ternyata memiliki banyak keuntungan, pertama setelah saya mendaftar, saya diminta menunggu antrean di Klinik Ibu dan Anak. Tidak beberapa lama, setelah saya ditanya kapan haid terakhir dan dites kehamilan, setelah hasil didapatkan positif, kemudian saya diminta mengisi formulir persetujuan untuk melakukan beberapa tes. Salah satunya skrining HIV.

Awalnya saya merasa kaget, kenapa harus melakukan skrining HIV, karena pada kehamilan pertama dan kedua saya tidak pernah disarankan oleh dokter melakukannya.

Beberapa menit kemudian, saya dipanggil untuk melakukan tes di ruang laboratorium. Bersama anak-anak yang kebetulan saat itu menemani, saya menunggu di depan ruang laboratorium.

Hasil dari tes bebepa menit kemudian selesai, dari semua hasil tes saya, kondisi saya normal, dan pemeriksaan HIV hasilnya negatif. Hasil pemeriksaan ini ditulis dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak, yang saya dapatkan secara gratis.

Hasil pemeriksaan

Setelah kembali ke poli ibu dan anak, saya kemudian diberikan penjelasan bahwa skrining HIV wajib dilakukan oleh ibu hamil, untuk melakukan tindakan pencegahan penularan kepada janin yang dikandung, seandainnya sang ibu dinyatakan positif.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline