Lihat ke Halaman Asli

Wistari Gusti Ayu

Saya seorang guru

Herbal dan Kanker

Diperbarui: 22 Juli 2019   17:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : voa.islam.com

Sering sekali kita melihat  iklan di koran, juga kadang lewat selebaran bahkan di media sosial tentang bahan herbal sebagai alternatif menyembuhkan kanker. 

Bahkan para ilmuan juga sudah banyak yang melakukan penelitian mengenai potensi obat herbal dalam membunuh sel kanker. Tanaman yang sering diteliti seperti daun sirsak, keladi tikus, kunyit putih, tapak dara dan lainnya.

Tanaman tersebut sudah banyak yang diekstrak menjadi jamu, atau ada juga dalam bentuk kapsul. Dari segi harga tentu saja lebih murah jika dibandingkan dengan biaya obat serta perawatan secara medis.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan banyak penderita tumor maupun kanker memilih pengobatan alternatif menggunakan pengobatan herbal.

Menurut www.itb.ac.id kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Rapat Pleno Forum Guru Besar (FGB) Institut Teknologi Bandung (ITB) membahas topik mengenai "Masa Depan Obat Herbal Sebagai Terapi Alternatif Kanker", Jumat (28/9/2018), FGB  menghadirkan Prof. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D sebagai pemateri utama, yang menyatakan bahwa  10 jenis herbal yang telah diteliti dapat menekan aktivitas sel kanker dan mendapat testimoni positif dari pasien uji coba. 

Ia menegaskan, bahwa perlu ada sumberdaya manusia yang mampu melihat jauh kedepan, sehingga penggunaan obat herbal nanti tidak hanya sebagai alternatif saja, tapi ada regulasi yang jelas mengenai penggunaan obat herbal agar masyarakat tidak lagi tersesatkan oleh informasi kurang benar yang beredar. 

Berdasarkan hal tersebut dapat kita artikan bahwa potensi herbal dan menekan pertumbuhan kanker setelah diteliti para ilmuan itu memang benar adanya. Hanya saja kita perlu mengetahui penanganan penyakit kanker yang tepat, agar lantas tidak terburu-buru mengkonsumsi obat herbal yang beredar secara bebas, tanpa melalui pemeriksaan medis.

Dilansir dari kompas.com menurut dr. Mururul Aisyiya, dokter spesialis anak dari RS Dharmais. Obat herbal harus diuji secara klinis melalui berapa fase sehingga bukan herbal lagi melainkan obat. Contoh herbal ini berasal dari tanaman tapak dara, di mana pada daun bunganya mengandung alkaloid seperti vinkristin dan vinblastine yang mampu mencegah dan menumpas sel kanker. Vinkristin dan vinblastine sudah dikatagorikan obat.

Dari penjelasan diatas,  bisa diasumsikan kita tidak bisa langsung mengkonsumsi tanaman untuk mendapatkan manfaatnya sebagai obat kanker,  senyawa-senyawa penting dalam tanaman itu harus diisolasi dengan proses kimia, untuk mendapatkan zat yang berguna seperti zat vinkristin dan vinblastine tersebut. Dan tentu saja obat ini harus diresepkan dokter.

Vinblastine sumber :indiamart.com

Jadi faktanya pengobatan alternatif apapun bentuknya bukan untuk menggantikan pengobatan medis. Obat herbal hanya pelengkap saja. Karena "herbal" untuk menjadi "obat" harus diadakan uji klinis terlebih dahulu. Hanya melalui pemeriksaan, penanganan dan pengobatan medis dapat dilihat kanker benar-benar sudah sembuh ataukah masih berkembang.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline