Lihat ke Halaman Asli

Wistari Gusti Ayu

Saya seorang guru

Rapor K13, Masihkah Orang Tua Meributkan Ranking?

Diperbarui: 29 Juni 2021   06:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Bersama Murid-murid. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Tahun pelajaran 2018/2019 telah usai, banyak sekolah di Indonesia yang telah menerapkan kurikulum 2013 yang dari segi penilaiannya berbeda dengan kurikulum terdahulu yaitu KTSP. Pada kurikulum ini, penilaian terdiri dari penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Pelaporannya juga berbeda, kalau di kurikulum KTSP, rapor ditulis tangan sedangkan dalam kurikulum 2013 menggunakan aplikasi yang disebut erapor. Memang erapor sedikit memaksa guru untuk melek IT, terutama bagi guru yang menjelang  pensiun, sudah bukan rahasia umum, sebagian malas berhubungan dengan komputer. 

Baca juga: "Mohon Maaf Bu, Anak Saya Ranking Berapa Ya?"

Erapor dikerjakan oleh guru mata pelajaran dari tahap awal perencanaan penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan, kemudian setelah dibuat perencanaan akan muncul daftar nilai anak yang harus didownload versi excelnya. Dari daftar nilai tersebut, kemudian diinput nilai-nilai yang didapatkan siswa.

"Semua anak tidak sama, mereka memiliki potensi masing-masing yang jika diasah dengan baik dan bermanfaat untuk keberhasilan."

Sehingga diakhir semester, daftar nilai tersebut diimport ke eraport untuk diolah, dan dikirim oleh guru mata pelajaran ke wali kelas. Wali kelas memastikan semua guru mata pelajaran telah mengirim nilai ke kelas yang diampunya.  Setelah data absensi dan catatan lainnya diinput wali kelas baru rapor dicetak dan dilaporkan kepada orang tua atau wali siswa.

Tampilan Aplikasi Erapor SMP (sumber: mkks.smplotim.org)

Menariknya, pada aplikasi erapor ini tidak terdapat kolom untuk menginput ranking siswa di kelas. Yang artinya dalam K13 anak-anak dianggap memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang tidak dapat dibanding-bandingkan satu sama lainnya. 

Baca juga: Ranking Rapor, Perlukah?

Mereka memiliki potensi yang berbeda-beda, sebagai contoh ada yang pandai dalam bidang matematika namun dalam seni budaya kurang atau sebaliknya.

Namun dalam aplikasi ini terdapat kolom untuk menginput prestasi siswa misalnya prestasi dalam kompetisi atau lomba-lomba yang pernah diikuti.

Apa yang terjadi setelah siswa menerima rapor dan sampai di rumah untuk menyerahkan rapornya kepada orang tua? Pengalaman saya sendiri, banyak WA atau telepon dari siswa dan bahkan orang tua yang bertanya, "ranking berapa anak saya bu?".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline