Lihat ke Halaman Asli

Maria Lumintang

Jayalah Indonesia

Calon Presiden Ideal dari Mega untuk Rakyat Indonesia

Diperbarui: 21 April 2023   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: beritasatu.com

Megawati Soekarnoputri pernah menyindir partai politik yang mendompleng kadernya untuk dijadikan bakal capres 2024. Sindiran itu terlontar ketika HUT ke-50 PDIP di JIExpo Kemayoran Jakarta, 10 Januari lalu. Dengan sedikit nada tinggi Megawati  keheranan. Bu Ketum PDIP ini tercengang melihat partai politik tidak punya kader sendiri yang bisa dijadikan calon presiden.

"Memangnya nggak punya kader sendiri? Masak dompleng-dompleng. Ini aturannya bagaimana sih," ujar Megawati.

Awalnya saya nggak ngeh siapa sosok yang disinggung oleh Bu Ketum. Tapi akhirnya saya paham partai politik mana yang bermain dan siapa kader PDIP yang potensial untuk dicaplok. Tanpa lama-lama, siapa lagi kalau bukan Ganjar Pranowo. Namanya sudah menjadi rahasia umum, sebab ada sejumlah partai yang sudah terang-terangan mendompleng Ganjar Pranowo di momen pilpres 2024.

Wajar dong, sindiran itu keluar dari mulut Bu Ketum. Sangat wajar, lhawong Bu Mega ini yang sudah susah payah membentuk Ganjar sebagai kader yang ideal juga potensial menjadi pemimpin massa depan. Masak ketika Ganjar sudah matang mau dicomot cuma-cuma. Tapi untungnya, Gubernur Jawa Tengah ini tak mudah terayu dengan godaan syaitan. Maaf partai sebelah. Hehehe.

Tepat di akhir ramadan ini, Bu Mega resmi memutuskan Ganjar sebagai calon presiden 2024 dari PDIP. Sepertinya, Bu Ketum ingin menjawab partai-partai yang berupaya mengambil kadernya. Ganjar adalah kader dan petugas partai yang dimiliki dan sudah seharusnya menjadi capres dari PDIP.

Akhirnya, Megawati menetapkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden untuk meneruskan kepemimpinan Presiden Jokowi. Tentu, apa yang saya singgung di atas menjadi hal yang dipertimbangkan oleh Bu Mega sebagai pemegang hak prerogratif.

Penetapan Ganjar bukan suatu hal yang tiba-tiba, Bu Mega menggunakan seluruh akal budi, pikiran hingga mencermati pendidikan politik dan kepemimpinan tiap kadernya, tak terkecuali Ganjar itu sendiri.

Kalau menilik apa yang disampaikan Bu Ketum, "Setelah selama ini memikirkan, melihat, dan mencermati apa yang menjadi harapan rakyat, serta memohon petunjuk kepada Allah SWT," berarti sejak lama nama Ganjar sudah masuk ke kantong Bu Mega.

Bisa diartikan, Ganjar adalah harapan rakyat. Dia masuk kategori pemimpin yang merakyat, terutama terhadap rakyat kecil atau wong cilik sesuai esensi marhaenisme yang dihembuskan Bung Karno.

Bila menengok waktu penetapan, Hari Kartini tampaknya ada sebuah ikatan dengan diri Ganjar. Tentu Bu Mega tak begitu saja menetapkan. Ganjar memang tak bisa dipisahkan dengan perhatiannya terhadap kartini-kartini masa kini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline