Macet lagi...Macet lagi...
Gara-gara Si Komo lewat
...
Masih ingatkah sahabat kompasianer dengan lagu anak-anak tentang kemacetan? Lagu lawas tahun 90-an yang menggambarkan kemacetan di kota besar seperti Jakarta, yang dipopulerkan oleh Kak Seto. Ternyata lagu tersebut masih cocok dengan keadaan saat ini. Penggalan lagu tersebut akan terngiang ditelinga manakala kita mengalami kemacetan di jalan. Seperti pengalaman saya pada Jum'at sore, sepulang mengajar.
Sekolah saya terletak di sebuah tempat yang merupakan perbatasan antara tiga wilayah, Jakarta Utara-Jakarta Barat dan Banten. Sekolah saya masuk wilayah Jakarta Utara. Jika ingin menuju sekolah, saya akan melalui jalan Kamal Raya yang masuk wilayah Jakarta Barat. Dari jalan tersebut, sebelum masuk ke jalan Kamal muara (Jakarta Utara), maka akan melintasi jembatan (fly over) yang dibawahnya merupakan jalan tol Prof. DR. Sedyatmo. Di jembatan inilah penyebab kemacetan kerap terjadi.
Jalan yang menanjak seringkali membuat mobil jenis truk besar seperti truk tronton atau truk kontainer, dengan muatan yang berat tidak mampu menanjak. Akhirnya mobil tersebut berhenti di tengah jalan. Waktunya bisa kapan saja, pagi, siang, sore ataupun malam. Bahkan pernah ada mobil yang mogok sampai dua hari, bertahan tanpa evakuasi.
Kemacetan sudah tentu merugikan. Berapa banyak jumlah bahan bakar yang terbuang percuma. Berapa waktu yang terbuang sia-sia. Belum lagi kelelahan fisik dan juga psikis pengguna jalan.
Menurut saya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tidak tejadi kemacetan yang disebabkan oleh mobil yang tidak kuat menanjak, yaitu:
Pertama, perketat uji KIR. Pastikan kendaraan layak jalan, terutama kendaraan pengangkut barang. Beberapa kali terjadi, mobil yang mogok secara fisik sudah tua, sehingga tidak mampu menanjak.
Kedua, perketat pengawasan berat beban yang diangkut, apakah sudah sesuai dengan aturan. Jika ada mobil pengangkut barang yang bebannya berlebih, sebaiknya tidak diberikan ijin melanjutkan perjalanan. Biasanya mobil dengan beban yang berat juga tidak bisa menanjak.