Lihat ke Halaman Asli

Tatapan Kosong dan Pelukan kasih untuk Sahabatku

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ring...ring...halloo. ya..suara sahabt ku diseberang sana , ok.. sampai ketemu , da dah.. sayang sembari aku melambaikan tangan , aku lirih jam didinding tepat menunnjukkan pkl 8.15 , bersiap siap untuk menuju bilangan kelapa gading tempat saya janji dengan sahabatku utk berolah raga .

Keluar dari perumahan tempat saya tinggal berbelok berputar arah menuju pintu tol Lenteng Agung , saya keluarkan dompet dan menaruhnya di box dengan maksud agar lebih cepat membayar karcis tol , setelah menerima kembalian aku memacu laju kenderaan saya , karena khawatir terlambat sampai ditempat dimana saya janji dengan sahabatku.

Tak berapa lama saya kembali mengeluarkan selembar uang 10 rb rupiah memasuki tol cawang tanjung priok , lepas pintu tol kembali aku injak gas , sebentar saja saya sudah melesat di tol arah tanjung priok, targetnya adalah keluar tol pramuka.. namun tiba2 karena kondisi jalan tol cukup padat pada saat yang sama saya tiba tiba memutuskan keluar tol Rawamangun , turun dan berbelok kekanan ... lumayan jalannya lancar , dengan sedikit bangga aku memberi jempol utk diriku bahwa keluar tol rawamangun adalah keputusan yang tepat , hmm... mantap . 

Sekilas saya lihat jam di mobil saya menunjukkan Pkl 9.15 , kami janji ketemu di Klp gading pkl 9.45 , cukup santailah , tidak perlu ngebut pasti nyampe tepat waktu.

Tak berapa lama saya sudah tiba di lampu merah yang berbelok ke Kayu putih , diujung jalan tentu harus ambil arah ke kanan untuk mengarah ke kelapa gading , tin..tin.. klek lampu sign aku tekan kebawah perlahan aku berbelok ke kanan sambil tetap berada di jalur kiri , jalanan tetap lancar dan terasa udara pagi masih segar.

Karena aku cukup santai aku bisa memandang dengan leluasa ke depan ,  dari kejauhan saya melihat sesosok Ibu yang duduk dipinggir jalan sambil memeluk erat anaknya , aku sedikit mempercepat lajuku , dan semakin dekat semakin jelas , sang Ibu sambil merebahkan kepala dipundak anaknya menatap panjang menyusuri pinggir jalan dari arah saya melintas, dekat sekali... aku bisa dengan leluasa melihat tatapannya yang kosong , tidak dihiraukannya kenderaan yang lalu lalang didepannya , begitu dekat.. sehingga saya bisa melihat bagaimana sang Ibu memeluk anaknya yang tertidur, peluk yang memberi kehangatan dan kenyamanan , terbayang sekilas saat masa kecil ketika saya dipeluk Ibuku menghadang dingin saat akan pulang dari sawah , seolah pelukan Ibuku saat itu adalah singgasana kerajaanku yang tak tergantikan oleh apapun , terasa nyaman dan damai.

Wuih... cengeng..tidak terasa kelopak mataku dipenuhi gelembung memburamkan pandanganku melihat Ibu yang penuh dengan ketulusan memeluk dan sesekali membelai  anaknya yang tertidur itu. Aku lewati mereka sekitar 15 meter , aku tak kuasa untuk tidak berhenti , spontan aku mencari parkir.. dret..aku tarik rem tangan dan segera keluar.

Perlahan aku berjalan berbalik arah , ingin sekali aku mengambil foto mereka yang bisa menghadirkan rasa yang berkecamuk dan iba yang sangat dalam dihatiku , terus berjalan hingga aku melewati mereka beberapa langkah . Sebenarnya saya tidak ingin mengganggu kenikmatan tidur dan tatapan kosong sang ibu , tetapi hatiku begitu kuat untuk ingin tau sedang apakah mereka disana.

Setelah melewati beberapa langkah aku berbalik , mataku langsung menancap pada wajah sang ibu , namun sekali lagi aku menjadi semakin iba karena tetap si Ibu tidak menghiraukan kehadiranku , hingga jarak yang sangat dekat aku berhenti dan mencoba sedikit membungkuk , tanpa ekspressi si Ibu melihatku perlahan , saat yang tepat untuk menyapanya , " maaf Ibu , boleh saya bertanya ? " tanyaku , " Iya Pak , bapak mau kemana ? , saya tidak tahu tempat ini dimana , kami hanya istirahat sebentar disini ' sahutnya , dugaanku bahwa si Ibu berfikir aku adalah orang yang sedang tersesat dan mau bertanya mencari tahu arah atau suatu alamat. Suaranya sangat pelan dan hampir seperti berbisik , dia benar benar menjaga agar sianak tidak terjaga karena perbincangan kami.

Bukan... saya bukan mau tanya jalan , bukan mau cari alamat , aku mau tanya Ibu , apakah ibu dan anaknya sudah makan ? , aku ucapkan kata kataku dengan terbata bata , aku berjuang keras agar sumber air diwajahku tidak jebol dan banjir , kelopak mataku kembali kubendung.. sangat kuat.. apakah aku cengeng ya ?

Sudah pak, tadi pagi sebelum sampai kesini ,  waktu sahur kami singgah di warung tempat banyak orang juga sedang sahur , saya dan anak saya belikan nasi dibungkus , dan masih ada sisa satu bungkus buat anak saya nanti kalau sudah bangun , sahutnya, sambil melirik kebungkusan kecil disampingnya , dia mencoba tersenyum , tapi jelas saya merasakan senyum itu sungguh  terpaksa dia berikan untuk sekedar meyakinkan aku bahwa mereka sudah makan.. tetapi aku menangkap kesedihan dan pilu yang luar biasa ditatapan mata dan senyum itu , hatiku mengatakan.. belum.. ibu ini belum makan..dan nasi yang dibungkus itu adalah nasi yang dibeli pada waktu sahur , dan sekarang sudah pkl 10.15.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline