Lihat ke Halaman Asli

Wisnu Rahmat Saputra

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

Dinar sebagai Sistem Moneter Internasional Alternatif

Diperbarui: 30 Maret 2024   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Emas (dinar) memiliki signifikansi historis dan kontemporer yang penting sebagai mata uang dalam konteks keuangan Islam. Pada masa lalu, dinar dan dirham merupakan mata uang resmi yang digunakan selama masa Nabi Muhammad, pemerintahan Khalifah, dan berbagai dinasti Islam hingga jatuhnya Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1923. Penggunaan emas pada periode ini ditandai dengan stabilitas nilai dan inflasi yang minimal. Namun, dalam era modern, reintroduksi emas sebagai mata uang mengundang minat namun adopsi yang terbatas secara internasional. Meskipun diakui sebagai investasi yang stabil dan alat pelestarian kekayaan, emas (dinar) belum secara luas diterima untuk transaksi internasional, terutama dalam perdagangan minyak di mana Dolar masih mendominasi.

Penerapan emas (dinar) dalam ekonomi modern menghadapi dilema yang kompleks terkait transisi dari uang fiat ke sistem berbasis emas. Meskipun ada dukungan untuk sistem moneter yang adil dan bebas bunga, adopsi emas dihambat oleh dampak ekonomi dan politik yang mungkin terjadi, terutama bagi negara-negara kuat dengan sistem uang fiat yang menjadi pemegang mata uang dunia. Secara ekonomi, negara-negara ini akan kehilangan keuntungan dari seigniorage dan pendapatan bunga, sementara secara politik, mereka akan kehilangan dominasi atas negara-negara lain. Perubahan ke sistem berbasis emas akan mengganggu struktur kekuasaan ekonomi dan politik yang ada, memicu resistensi dari negara-negara yang bergantung secara ekonomi dan politik pada negara-negara maju.

Upaya promosi emas (dinar) sebagai mata uang yang adil, stabil, dan aman aktif dikejar oleh para Muslim dan pengusaha outlet emas. Terjadi peningkatan minat terhadap emas (dinar) di negara-negara mayoritas Muslim, yang mencerminkan kesadaran yang meningkat akan stabilitas dan nilai aset yang aman, terutama di tengah ketegangan perdagangan global dan peristiwa geopolitik yang mempengaruhi pasar keuangan. Meskipun adopsinya meningkat secara bertahap, tantangan adopsi emas (dinar) secara luas tetap ada, mengingat dominasi kuatnya sistem uang fiat dan resistensi dari negara-negara yang tergantung pada struktur ekonomi dan politik yang ada.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline