dua hari belakangan ini, saya menunggu. ya, dua hari bukan dua periode. meskipun dua hari saja dan karena yang saya tunggu tidak muncul juga di media, rasanya seperti dua periode saja. hahahaha, terlalu berlebihan ya... sejak bang ruhut sitompul yang ditempatkan sebagai anjing petarung atau penyalak tampil lagi di media dengan gayanya yang kita tahu semua, saya menunggu pak choel mallarangeng muncul. anda yang pendek ingatannya seperti saya pasti masih ingat siapa pak choel. kalau lupa, saya ingatkan sedikit ya. pak choel adalah mallarangeng bungsu. kakak tertuanya adalah pak andi mallarangeng yang jadi menteri saat periode kedua. kakak terdekatnya adalah pak rizal mallarangeng yang makin erat merapat dengan pak ical juga di periode kedua. saya menunggu pak choel bukan untuk mendengar suara baritonnya yang dipuji-puja mbak dewi yull. anda ingat mbak dewi yull kan? kalau lupa juga, mbak dewi yull adalah pemanis panggung kampanye pak beye dan partai demokrat di pemilu 2009 lalu. dua hari terakhir ini, saya menunggu pak choel menanggapi apa yang disampaikan bang ruhut dan menjadi pergunjingan di mana-mana. ya, soal periode ketiga untuk pak beye tentunya. menurut saya, pak choel lebih pantas menanggapi dari pada pak beye. apalagi tanggapan pak beye dilakukan di forum resmi saat hari konstitusi. kenapa pak choel? seingat saya dari penuturan pak choel di kabin demokrat air force one, alasan utamanya mendukung dan mau menjadi konsultan kampanye pak beye adalah karena jaminan beralihnya generasi kepemimpinan di indonesia. meskipun ada alasan lain soal besarnya dana yang ada di sana, alasan utama ini pasti tetap digenggamnya. tidak hanya pak choel setahu saya yang menggenggam alasan beralihrnya generasi kepemimpinan jika pak beye yang didukung sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara. pak andi dan pak rizal yang sama-sama memakai mallarangeng juga beralasan sama. menurut mereka, hanya pak beye yang menjamin beralihnya generasi kepemimpinan, bukan bu mega atau pak kalla. tentu saja, konstitusi yang membatasi dua periode adalah dasar pijakannya. namun, karena pak choel tidak muncul juga menanggapi ujaran bang ruhut, saya melihat apa yang diujarkan bang ruhut dan kemudian ditanggapi pak beye sebagai upaya menghadirkan kegaduhan semata di tengah senyapnya peringatan ulang tahun kemerdekaan indonesia tercinta. posisi gaduhnya mirip petasan banting yang ketika saya remaja kerap membuat gaduh bulan puasa dan memunculkan bau busuk seketika. anda tahu petasan bantingkan? kalau tidak, saya jelaskan berdasarkan pengalaman saya saat remaja. petasan banting biasanya dibawa di tengah kerumunan dengan sembunyi-sembunyi. untuk mencari perhatian di tengah kerumunan itu, petasan banting dibunyikan. tentu saja caranya dengan membantingnya tiba-tiba. selain bunyi yang mengalihkan perhatian orang dalam kerumunan, bau busuk petasan banting membuat kerumunan mengidentifikasi bau lain yang lebih diterima hidung kebanyakan. bau lain itu tidak perlu wangi. asal tidak busuk, bau lain itu pasti diterima kerumunan dengan suka cita dan kerap puji-puja juga. anda yang lebih paham tentang petasan banting pasti saya tunggu penjelasan pelengkapnya. soal belum munculnya pak choel menanggapi bang ruhut, mungkin kesibukan kerja alasannya. selain banyaknya order di pilkada yang mahal sekali biayanya, pak choel pula yang pertama punya gagasan menjadikan pak beye sekjen pbb setelah periode kedua. dari pada gaduh soal periode ketiga yang cuma seperti petasan banting, lebih produktif tentunya menyiapkan jalan bagi pak beye pasca-periode kedua. ya, amerika. bukankah ada pak dino, mantan juru bicara pak beye yang akan membuka jalan karena menjadi duta besar indonesia tercinta di amerika? salam banting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H