beruntung saya belum sempat mengembalikan kamera pinjaman kantor yang kerap ngadat kalau diajak bekerja keras. maklum, meskipun digital, kamera pinjaman itu tergolong tua. lagi pula, ketika muda, kamera pinjaman itu kerap diminta bekerja ekstra. wajar saja menurut saya kalau sekarang kerap ngadat di usia senjanya sebagai kamera. kembali soal beruntung. keberuntungan saya itu saya dapat sehari sebelum cuti bersama hari raya natal. ya, rabu, 23 desember lalu. nyaris seminggu. setelah berkeliling jogja, di kawasan baciro, yogyakarta, markas penerbit galangpres, saya mencari tempat untuk meletakkan seli saya. dari parkiran sebenarnya sudah tergambar bagiamana ramainya. karena itu, meskipun saya hanya menunggang seli, saya kesulitan meletakkannya. setelah melongok ke kiri dan ke kanan, saya dapat posisi tepat di depan pintu masuk untuk memarkir seli. tepat di samping banner tentang buku yang saat ini sedang dicari. sebenarnya tidak ada niat awal ke galangpress karena sudah ada teman saya yang liputan. namun, karena saya tengah beredar di sekitar baciro, arah seli saya belokkan ke sana. karena itu, saya telat sekitar 15 menit. akibatnya, saya tidak kebagian tempat duduk. seperti di tempat parkir, di ruang dalam gedung galangpress, semua kursi terisi. beberapa kursi bahkan diduduki dua orang sekaligus. semangat berbagi menjadi sangat berarti. setelah berdiri beberapa menit, saya melihat satu kursi di baris paling depan ditinggalkan pemakainya. tanpa pikir panjang saya lantas menduduki. tepat di depan saya, duduk tiga orang yang bergantian mengupas buku membongkar gurita cikeas. salah satu yang mengupasnya tentu saja penulisnya yaitu pak george junus aditjondro yang masih tetap saja penampilannya kecuali jumlah uban di kepalanya. dua pengupas lain adalah komisioner komnas ham pak yosef adi prasetyo dan direktur galangpress pak julius felicianus. meskipun duduk persis di depan tiga pengupas, saya tidak banyak berkutik karena telat. saya dengarkan saja apa yang dikatakan pak aditjondro, pak prasetyo, dan pak julius bergantian. meskipun waktunya cukup lama, apa yang disampaikan pak aditjondro tunggal dan diulang-ulang. dengan data yang dikumpulkan dari sejumlah sumber, pak aditjondro mencurigai sejumlah yayasan yang terkait dengan pak beye digunakan sebagai alat memobilisasi dana dan suara untuk pemilu partai demokrat dan pemilu presiden 2009. untuk menjawab kecurigaan itu, pak aditjondro mengusulkan agar ada auditor independen yang mengaudit empat yayasan yang disebutkannya. hasil audit disarankan disampaikan ke parlemen dan media untuk disebarkan ke seluruh rakyat indonesia. pak aditjondro menyebut empat yayasan yaitu yayasan puri cikeas, yayasan kesetiakawanan dan kepedulian, yayasan majelis dzikir sby nurussalam, dan yayasan mutu manikam. di yayasan mutu manikam tempat bu ani berakitivitas menjadi pembina, pak aditjondro menyebut bendaharanya adalah mbak ayin. ingat mbak ayin yang gemar bersolek dan kolektor belian itu kan? kalau tidak, saya bantu dengan menyebut syamsul nursalim, pengemplang blbi. kalau tidak ingat juga, saya sebut nama aslinya, arthalita suryani. hmm, pasti anda ingat sekarang. perkara bank century yang menjadi sub judul buku ini, pak aditjondro menyebut dua nama yaitu bu hartati murdaya poo dan pak boedi sampoerna. keduanya disebut pak aditjondro sebagai deposan kakap bank century. untuk bu hartati, anda semua sudah tahu bagaimana kiprahnya. di kompasiana, banyak berita tidak penting tentangnya. soal pak boedi, pak aditjondro menyebut dua titik yaitu sampoerna dan harian jurnal nasional. pak aditjondro menyebut, pak boedi membiayai harian partai demokrat dan pak beye itu. dalam komentarnya, kacurigaan itu disampaikan pak aditjondro karena tidak ingin pemerintahan pak beye membusuk seperti terjadi pada pemerintahan pak harto karena gurita bisnis yang tidak diwaspadai sejak awal. pak aditjondro memang tidak menyebut langsung peran pak beye dalam mobilisasi dana untuk yayasan. namun, dengan ditempatkannya pola: keluarga, pejabat negara, dan pengusaha dalam seluruh yayasan, pak aditjondro menaruh curiga. bagi saya, tidak ada data baru sebenarnya karena kita kerap mendapatkan data yang belum utuh terverifikasi juga di kompasiana. nah, karena kecurigaannya yang menurutnya bahkan tidak bisa diungkap ketua ppatk pak yunus husein itu, pak aditjondro menggambar gurita. setelah menelisik, gambar gurita ternyata dibuat seniman lulusan institut seni indonesia. bagi saya, dari keseluruhan buku yang mengutip serta mengompilasi sumber sana-sani, gambar gurita di sampul buku yang paling menarik. meskipun tidak otentik karena mirip dengan sampul buku kapitalisme semu (ersatz capitalism) karya yoshihara kunio, sampul itu cukup menggugah orang untuk mendekat, memegang, dan membeli bukunya. karena tangan saya sedang memegang kamera pinjaman kantor, saya yang tergugah justru langsung jepret gambar guritanya. beberapa kali tentunya untuk cadangan kalau kamera pinjaman kantor ngadat. setalah kamera saya letakkan, di depan kaki saya terserak tiga buku dari atas meja pak aditjondro. saya ambil satu buku saja untuk kemudian saya baca. kepada pak aditjondro, saya minta tanda tangan sekaligus nomor kontaknya di halaman pertama. karena saya tidak menemukan penggambar guritanya, saya pulang dalam sesal. saya lebih ingin mendapat tanda tangannya sebenarnya. mengurangi penyesalan, saya bagikan jepretan gurita kepada anda. soal isi bukunya, lebih baik baca kompasiana saja. lebih lengkap dan tidak berisik mengganggu kerja telinga. salam jepret [caption id="attachment_44846" align="alignnone" width="500" caption="banner gurita yang saya potret dari samping tempat saya memarkir seli. (2009.wisnunugroho)"][/caption] [caption id="attachment_44848" align="alignnone" width="500" caption="pak aditjondro menyimak pertanyaan peserta praluncur buku gurita cikeas-nya. (2009.wisnunugroho)"][/caption] [caption id="attachment_44849" align="alignnone" width="500" caption="karena duduk di baris terdepan, saya bisa menikmati poster foto bung karno yang diratapi seorang rakyatnya. memandangnya lebih menarik di banding mendengar ulasan buku gurita (2009.wisnunugroho)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H