foto ini saya ambil dalam perjalanan laut menuju pulau buru, 2006 lalu. sebuah perjalanan bersejarah bagi pak beye dari jakarta lewat udara, darat, dan laut sekitar 10 jam lamanya. perjalanan itu bersejarah juga untuk saya karena merupakan pengalaman pertama menginjakkan kaki di pulau yang menyimpan banyak cerita dari kelamnya sejarah bangsa indonesia tercinta. selain perjalanan itu bersejarah lantaran menuju pulau buru, perjalanan itu menjadi bersejarah juga karena begitu akrabnya pak beye dengan anggota rombongan yang tidak seberapa jumlahnya. pak beye kerap bergurau saat masuk ruang kemudi kapal feri expres bahari 11 yang dinaiki. pak beye yang didampingi bu ani juga meladeni keinginan beberapa anggota rombongan yang ingin berfoto bersamanya. akrab suasananya. tanpa banyak rekayasa atau aturan ketat protokoler yang kerap membuat pak beye kesepian, pak beye banyak bercanda. sebuah pemandangan langka. kami yang ada di sekitarnya juga dibiarkan paspampres untuk mendengar gurauan pak beye dan bu ani yang sama-sama memakai pakaian warna putih. romantis suasananya. apalagi semilir angin menyibakkan rambut bu ani. belum pak beye yang memakia kaca mata ray-ban. tidak pernah saya jumpai pak beye memakai kaca mata itu. santai suasananya. pak beye dan bu ani kerap tertawa lepas saat saling melempar canda. dengan bekal keceriaan itu, pak beye di sawah desa mako, kecamatan waiapo, pulau buru, menyebarkan optimisme kepada tahanan politik yang telah hidup relatif makmur karena bertani. optimisme itu kemudian membuahkan hasil pada 2008. indonesia mampu kembali mencapai swasembada beras. swasembada itu, menurut saya ditebarkan sejak pak beye mengunjungi pulau buru. pak beye saat itu bertekad tidak hendak mengimpor beras lagi. sebuah tekad yang diujarkan karena cita-cita yang besar penuh dasar. namun, belakangan ini, terutama setelah pak beye memenangi dan mempertahankan kekuasaannya lima tahun lagi, banyak hal yang dulu saya jumpai justru hilang dan tidak lagi saya jumpai. persoalan negeri mungkin banyak sekali sehingga hal-hal ringan dan santai penuh inspirasi tidak sempat dihidupi lagi. kasihan sekali. belakangan ini, kalau melihat pak beye di televisi, tidak hanya saya, banyak teman saya juga berkomentar pak beye kok terlihat lesu sekali. wajahnya kini memang lebih bersih dan putih, tetapi sayangnya tidak terlihat segar berseri. pikirannya mungkin tersita untuk mengatasi persoalan negeri. apalagi, ada skandal bank century yang mengganggu program kerja 100 hari. untuk mengenang pak beye yang segar berseri, saya sertakan fotonya saat pak beye menuju pulau buru menggunakan kapal feri. semoga saja foto ini menginspirasi dan membantu anda menemukan apa yang hilang dari pak beye saat ini. pengalaman dan pengamatan anda pasti berbeda dengna pengalaman dan pengamatan saya yang terbatas ini. sampai di sini. saya mau naik seli yang tetap membuat saya berseri-seri meski kaki kerap terasa letih sekali. salam seli. [caption id="attachment_48842" align="alignnone" width="500" caption="pak beye di atas kapal feri saat menuju pulau buru. meskipun perjalanan melelahkan, pak beye tetap berseri. (2006.wisnunugroho)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H