banyak orang mungkin kesal atau bahkan gemes kepada bang ruhut sitompul. tidak perlu survei berbiaya mahal apalagi menyewa konsultan untuk mengukur tingkat kekesalan atau kegemesan orang pada bang ruhut. dari populasi anggota pansus bank century, kita bisa memperkirakan berapa banyak orang yang kesal atau gemes dengan bang ruhut. kita mugkin juga ikut kesal atau gemas melihat bang ruhut yang memelihara kunciran rambut panjang di dekat otak kecilnya. pertanyaannya, kenapa pula kita bisa kesal atau gemes kepada bang ruhut yang bisa tetap tersenyum bahkan ketika memaki? jawaban kita masing-masing pasti berbeda. sah-sah saja hal itu menurut saya. bagaimana jika pertanyaan kita balik. atau kita coba bertanya dari sisi orang yang tidak kesal atau gemes alias menikmati ujaran-ujaran dan kelakuan bang ruhut. tidak perlu survei berbiaya mahal apalagi menyewa konsultan untuk mengetahui mereka yang menikmati ujaran-ujaran dan kelakuan bang ruhut. dari panggung pansus kita dapat mengetahui siapa saja yang menikmari ujaran-ujaran dan kelakuan bang ruhut. saya ambil salah satu saja yaitu mas anas urbaningrum yang terkenal santun atau berusaha selalu tampil santun seperti pak beye. meskipun saya tidak berusaha mengkonfirmasinya, saya yakin, mas anas yang hampir bersamaan dengan bang ruhut masuk demokrat menikmati ujaran-ujaran dan kelakuan bang ruhut. keyakinan saya berdasarkan pada pernyataan mas anas setelah menyaksikan pertengkaran bang ruhut dengan pak gayus. mas anas yang dinilai demokrat sebagai pembawa gaya santun pak beye di parlemen merasa belum ada kemendesakan bagi demokrat untuk menegur bang ruhut. mas anas dan demokrat juga belum berpikir soal sanksi untuk kata-kata bang ruhut di dalam rapat pansus. pertanyaan saya kemudian beranak. kenapa demokrat yang didirikan dan dibina orang yang selalu ingin tampil santun tidak terusik atau bahkan menikmati kata-kata bang ruhut yang dalam rasa-merasa saya tidak menunjukkan cara berpolitik yang santun. kenapa yang selalu mendengung-dengungkan politik santun menikmati ketika ada ketidaksantunan di dalam anggota badannya? cukup lama saya mencari jawab. sampai akhirnya, saya teringat pak choel mallarangeng di dalam demokrat air force one yang dipinjamkan pak tomy winata untuk kampaye demokrat dan pak beye. di dalam pesawat fokker 100 yang diset serba biru itu, pak choel berujar tentang peran bang ruhut di demokrat. saat itu memang konteksnya kampanye yang penuh persaingan di antara partai dan tokoh sentralnya. dalam strategi besar peperangan, pak choel mengibaratkan persaingan kampanye sebagai perang, peran bang ruhut memang vital. bersama beberapa orang, untuk memenangi peperangan, pak ruhut memegang peranan sentral. pak choel menyebut bang ruhut sebagai dog-fight partai demokrat. meskipun pemilu telah usai dan dua peperangan telah dengan meyakinkan dimenangkan, saya yakin, peran yang diberikan demokrat ke bang ruhut masih dipertahankan. saya sendiri lupa bertanya ke pak choel kanapa peran sebagai dog-fight diberikan ke bang ruhut. saya hanya menduga saja. pernah tampilnya bang ruhut di beberapa seri sinetron mungkin menjadi pertimbangan bagi demokrat untuk memberinya peran sebagai dog-fight. selain itu, ini juga masih dugaan, dipilihnya bang ruhut memerangkan diri sebagai dog-fight mungkin karena latar belakang partainya. sekali lagi ini dugaan saya saja. nah, kalau ini yang dijadikan bahan pertimbangan, politisi yang berlindung di bawah angkernya beringin harusnya tersinggung karena dinilai demokrat hanya pantas menjadi anjing di partai yang didirikan dan dibina pak beye yang selalu ingin tampil santun dalam setiap kiprah politiknya. tapi ngomong-ngomong, untuk apa ya pak beye membina anjing sampai sekarang? bukankah dua kali peperangan yang mengharuskan tampilnya anjing telah dimenangkan? menurut anda, apa-kira-kira kemungkinannya? [caption id="attachment_49555" align="alignnone" width="500" caption="bang ruhut disambut kepalan tangan pengagumnya di surabaya. selama kampanye, bang ruhut menjadi dog-fight bagi demokrat dan pak beye (2009.wisnunugroho)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H