Orangutan di kebun binatang Indonesia hampir semuanya merokok karena pemberian pengunjung dan tanpa ada larangan dari petugas penjaga. Orang utan merokok karena bebasnya interaksi antara pengunjung dan orangutan, sementara petugas tidak mencegah. Akibatnya pengunjung bisa melempar rokok, makanan atau minuman (Tribunnews.com).
Masalahadiksi rokok tampaknya tidak hanya di hadapi oleh manusia. Di Negara kita, rokok juga menjadi masalah orang utan yang ada di kebun binatang. Buat sebagian orang, melihat orang utan merokok mungkin terasa lucu tapi sesungguhnya hal itu sangat berbahaya. DNA orang utan yang hampir mirip dengan DNA manusia membuat penyakit-penyakit pada manusia juga bisa menyerang mereka. Dengan berbagai macam kandungan zat berbahaya dalam sebatang rokok, orang utan perokok akan menghadapi masalah kesehatan serius bukan hanya bagi mereka tapi juga pengunjung kebun binatang.
Istilah "orang utan" diambil dari bahasa Melayu, yang berarti manusia (orang) hutan. Orang utan mencakup dua spesies, yaitu orang utan sumatera (Pongo abelii) dan orang utan kalimantan (borneo) (Pongo pygmaeus). Yang unik adalah orang utan memiliki kekerabatan dekat dengan manusia pada tingkat kingdom animalia, dimana orang utan memiliki tingkat kesamaan DNA sebesar 96.4%. (Wikipedia.org)
Orang utan tetaplah seekor hewan yang tidak mempunyai akal dan pikiran secerdas manusia. Rasa sakit pada tubuh tidak akan dapat dikomunikasikan kepada manusia. Akibatnya penyakit-penyakit menular bisa saja menjangkiti manusia yang berienteraksi dengannya. TBC sangat mungkin berpindah dari manusia ke hewan ataupun sebaliknya.
Eksploitasi manusia terhadap hewan-hewan seringkali sangat berlebihan. Manusia tidak memikirkan dampak yang timbul pada tubuh hewan yang bersangkutan. Belum lama inikulihat acara topeng monyet pun diselingi dengan adegan Monyet merokok layaknya Bos besar, Penonton pun tertawa. Tingkah laku hewan yang dapat meirukan aktivitas manusia memang sering menjadi jualan yang menarik. Sarimin ke pasar, menyetir mobil, bercermin sampai merokok dapat membuat penonton terpingkal-pingkal.
Di Habitatnya hewan-hewanseperti orang utan ini sudahsemakin berkurang. Ancaman terbesar justru datang dari manusia. Pembukaan hutan untuk berbagai macam kepentingan bisnis telah mempersempit ruang gerak orang utan. Belum lagi perburuan liar yang marak terjadi di hutan-hutan. Orang utan termasuk hewan yang lambat dalam berkembang biak. Dengan usia hidup selama kurang lebih 45 tahun, orang utan hanya menghasilkan 3 anak dalam seluruh masa hidupnya. Anak orang utan sangat tergantung kepada induknya. Pada usia 6 sampai 7 tahun, anak orang utan baru bisa mandiri. Mengambil atau membunuh induk orang utan sama saja dengan membunuh anaknya.
Usaha konservasi sudah mulai dilakukan, baik di hutan-hutan maupun di kebun binatang. Namun ironisnya di kebun binatang ini justru mereka berhadapan dengan bahaya yang lain lagi. Interaksi yang intens antara pengunjung dengan hewan-hewan yang ada di kebun binatang tak jarang menimbulkan persoalan baru.Keisengan pengunjung yang sering melemparkan rokok menyala kedalam kandang orang utan membuat mereka akhirnya meniru kebiasaan merokok pada manusia.
Primata-primata sebangsa orang utan, monyet, simpanse dan lain-lain nya memang mempunyai kecerdasan yang lebih dibandingkan dengan hewan-hewan lainnya. Mereka bisa menirukan aktivitas manusia dengan baik, termasuk merokok ini. Beberapa hari lalu diberitakan seekor orang utan di kebun binatang Malaysia terpaksa harus direhabilitasi untuk menghentikan kebiasaannya merokok.
Mengingat dampak buruk yang bisa ditimbulkan, sudah saatnya larangan merokok juga diberlakukan di kebun binatang. Bukan Cuma “orang kota”,orang utan jugaberhak hidup dalam lingkungan yang sehat.
*Dari berbagai sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H