Lihat ke Halaman Asli

Menembus Nafsu

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Artikel kali ini saya akan membahas mengenai nafsu nafsu. Indera kita adalah awal dari penerimaan awal yang akan membangkitkan nafsu.Ada lima tali kesenanganan indera yaitu bentuk bentuk yang bisa difahami oleh mata yang di inginkan, bentuk menarik serta menyenangkan. Bentuk suara yang bisa di fahami oleh telinga, bentuk yang bisa di baui oleh hidung kita, cita rasa yang bisa dikecap lewat lidah, serta objek sentuhan yang bisa di fahami lewat tubuh.

Akan tetapi sebenarnya obyek nafsu dan indera kita bukanlah penyebab utama nafsu, ini bukanlah benar benar sensualitas nafsu, ini hanyalah tali kesenangan inderawi.. Atau bisa dikatakan pintu kontak nafsu. Sebab sensualitas nafsu yang utama adalah berada di dalam pikiran manusia sendiri.

Dengan demikian potensi sensualitas nafsu sangat dominan dipengaruhi oleh pikiran kita sendiri. Pikiran inilah yang menimbulkan gelombang hawa nafsu semakin menyala dan berkobar didalam diri kita masing masing. Jadi memang benar kalau ada yang bilang “pikiran kotor “, pikiranlah yang memicu sebuah obyek apa adanya menjadi sesuatu yang mengundang.

Kita melihat cewek cantik berbaju yang katakanlah menjadi obyek nafsu, yang kemudian menjadikan munculnya libido kita naik. Disini kelihatan bahwa sebenarnya obyek cewek tersebut adalah apa adanya, sedangkan sensualitas dan berbagai macam keinginan lainya adalah muncul setelah pikiran ikut bermain.

Saya cuplikan sebait kata dari Kitab Anguttara Nikaya :

“Sensualitas bukan terletak di dalam hal hal yang indah milik dunia; Sensualitas seseorang terletak didalam pemikiran yang penuh nafsu. Sementara hal hal indah dunia ini tetap seperti apa adanya.Para bijaksana menghilangkan nafsu terhadap hal hal itu “

Jadi pada dasarnya orang yang sudah termotivasi oleh nafsu akan menghasilan pribadi yang terkontaminasi oleh nafsu itu sendiri, sedangkan obyek nafsu itu sendiri adalah tetap.Ketika kita melihat makanan dan kemudian timbul keinginan makan, sebenarnya keinginan makan ini muncul pertama kali dari pikiran, bukan karena makanannya. Makanan sendiri adalah tetap, makanan adalah makanan. Yang mentransformasi makanan kemudian menjadi keinginan makan adalah kontak melalui indera penglihatan kita.’

Sebenarnya tanpa nafsu kitapun tidak akan bisa hidup, nafsu adalah salah satu berkah dan nikmat yang sedemian besar dari Tuhan untuk mahluk hidup. Tanpa ini kita tidak akan bisa bersaing, melakukan kompetisi, beraktifitas, bahagia dll.

Yang dipentingkan disini adalah pengendalian agar nafsu nafsu tersebut menjadi nafsu yang murni yang terberkahi agar nafsu ini bermanfaat bukan malah menimbulkan maksiat.

Dari para spiritual ternyata memberikan jalan yang dikenal dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan yang merupakan jalan menuju berhentinya nafsu nafsu indera yaitu :

  1. Pandangan yang benar

  2. Kehendak yang benar

  3. Ucapan yang benar

  4. Perbuatan yang benar

  5. Penghidupan yang benar

  6. Usaha yang benar

  7. Kewaspadaan yang benar

  8. Konsentrasi yang benar

Dengan berpegang pada 8 jalan tersebut maka aliran nafsu indera akan berhenti dengan sendirinya. Konsep ini bisa ditempatkan dimanapun dan di indera yang manapun. Sebagai contoh nafsu yang di awali dari penglihatan bisa dihentikan melalui pandangan yang benar dan kosentrasi yang benar.

Nafsu yang diawali dari sentuhan bisa dihentikan melalui pandangan yang benar dan perbuatan yang benar serta konsentrasi yang benar, Nafsu keserakahan duniawi, materi bisa dihentikan melalui pandangan yang benar, penghidupan yang benar, usaha yang benar. Setelah kita melihat kondisi ini tentunya kita bisa lebih memahami bahwa sebenarnya nafsu itu bisa dikendalikan melalui pikiran kita sendiri.

Semoga bisa menjadi pencerahan kita semua sesama praktisi. *artikel ini bisa dibaca pula di www.jyotish-indonesia.com                  

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline