Lihat ke Halaman Asli

Delapan Fakta Kegagalan Teror Sarinah

Diperbarui: 15 Januari 2016   13:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teror bom yang ditebarkan oleh kelompok pengecut di Starbucks Coffee, kawasan Sarinah, Jl. Thamrin Jakarta Pusat, 14 Januari 2016 lalu, mejan dan melempem tak mencapai hasil yang diinginkan oleh mastermind-nya. Berikut ini 8 fakta gagalnya pelaku menebarkan teror bagi warga Jakarta, juga rakyat Indonesia.

  1. Takut bom, tapi lebih takut nggak dapat makan. Saat bom meletus, Jamal, seorang penjual sate yang berada seratusan meter dari lokasi, mula-mula mau ikut kabur dari lokasi TKP. Tapi melihat banyak orang tetap bertahan, dan khawatir dagangannya ilang, ia memilih bertahan, dan hari-hari ini ia menikmati kemasyhurannya gara-gara fotonya yang lagi sibuk membakar daging pesanan pelanggannya. Tak cuma sate, para pedagang es doger dan kacang rebus, lebih sibuk mengurus dagangan dan membuat pelaku teror benar-benar dikacangin.[caption caption="Para pedagang memanfaatkan kerumuman massa untuk menjual dagangan mereka. "Kami tidak takut bom, lebih takut sama Satpol PP"..."][/caption]
  2. "Kami Tidak Takut" mengalahkan kata-kata lain seperti Pray for Jakarta, Pray for Indonesia. Begitu cepat kata-kata itu menyebar, membuat ikatan persatuan antarwarga sungguh terasakan di media sosial. Mereka yang bersikap beda dan menebarkan rasa ngeri dan takut-takut dan rasa negatif lainnya mendapat teguran sampai umpatan di media sosial dan forum-forum. Sorenya, kata-kata "Kami Tidak Takut" sudah mencair dengan kata-kata tambahan, "Cuma Deg-degan"

  3. Korban tak berimbang. Keberhasilan sebuah teror, salah satunya diukur dari dampak kerusakan dan jumlah korban yang dihasilkan. Keterangan resmi yang dikeluarkan oleh otoritas keamanan menyebutkan, korban tewas seketika ada 7. Dari 7 itu, 5 orang adalah pelaku. Jelas bahwa teror ini melempem dan tanpa perencanaan matang, sekadar bikin gaduh. 
  4. Respon cepat aparat dan pemimpin. Bandingkan ketika terjadi teror menara kembar  WTC di AS atau teror di Paris 2015 lalu. Ketika diketahui WTC diledakkan teroris, Presiden AS George Bush langsung diterbangkan menggunakan Air Force One ke tempat yang paling aman dan tidak diketahui. Semua urusan dan kendali dilakukan dari tempat rahasia. Ketika teror Paris berlangsung, berhari-hari orang tak berani keluar rumah menunggu pernyataan aman dari otoritas keamanan. Di Sarinah, Jokowi memutuskan mempercepat kunjungan ke Cirebon, dan siang harinya sudah balik ke Jakarta. Sorenya, Jokowi menuju ke lokasi tanpa rasa takut dan memastikan bahwa situasi sudah sepenuhnya dikendalikan. Para pembantunya mendukung langkah-langkah itu dan menjelaskan sesuai kapasitas dan tanggung jawabnya. [caption caption="Jokowi didampingi para menteri dan pejabat keamanan negara meninjau lokasi teror bom."]

    [/caption]
  5. Tidak ada gejolak ekonomi yang berarti. Semula, orang khawatir bahwa teror bom akan berlangsung lama, dan dampaknya akan jauh lebih lama. Menteri Pariwisata sampai mengambil keputusan untuk menunda penayangan iklan Wonderful Indonesia yang rencananya akan tayang di CNN. Tapi dalam tiga jam, penundaan itu dicabut dan akhirnya program promosi itu tetap berjalan sesuai rencana. Di sisi lain, ketika bom meletus, indeks saham gabungan menunjukkan gejala melorot. Tapi itu tak berlangsung lama. Dari jam 11.00 hingga jam 14.00 nyaris tidak ada transaksi. Selain karena ada jam istirahat siang, para broker juga lebih memilih memantau situasi dan mengikuti perkembangan peristiwa teror bom. 

  6. Klaim bahwa ISIS merencanakan skenario teror di Jakarta ditanggapi biasa-biasa saja. Diunggah melalui website yang selama ini menjadi acuan resmi kelompok ini, pernyataan yang ditulis dalam bahasa Arab itu bahkan tidak mendapat tanggapan. Mungkin rakyat Indonesia memang sudah tahu bahwa pelakunya adalah ISIS. Mungkin juga warga sudah menemukan jawaban apa yang harus mereka lakukan menghadapi teror lewat tulisan huruf Arab di gaun Agnes Monica: UNITED. Bersatu.
  7. Polisi sigap dan cekatan merespon situasi. Kesigapan polisi menjawab ancaman teror dipuji banyak pihak. Tapi pujian terbanyak adalah datang dari ibu-ibu yang mengagumi para polisi yang ganteng dan tampil dandy meski sedang bertugas dan bertaruh nyawa. 
  8. Gotong-royong warga dan pertolongan sukarela dari banyak kelompok bisnis dan sosial. Yang paling nyata adalah dukungan dari angkutan roda dua Go-jek, Grabbike dan sejenisnya. Mereka menawarkan angkutan cuma-cuma bagi para korban dan para pekerja yang terjebak dalam lokasi dan ingin segera keluar dari lokasi dengan cepat. Foto seorang gojekers yang tengah menolong seorang perempuan yang terkena luka di kakinya menjadi simbol paling penting sikap kesukarelaan ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline