Lihat ke Halaman Asli

Wisnu AJ

TERVERIFIKASI

Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Rangkap Jabatan Itu Kurang Baik, Jenderal

Diperbarui: 8 September 2018   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: IG/edy_rahmayadi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melantik Edy Rahmayadi -- Musa Rajekshah sebagai Gubernur Sumatera Utara (Gubsu). Pelantikan dilakukan Rabu 5 September 2018 bersamaan dengan pelantikan delapan gubernur lainnya di Istana Negara Jakarta.

Sebelumnya, pasangan Letnan Jenderal (Letjend) Prn  Edy Rahmayadi -- Musa Rajeshsyah ditetapkan oleh KPU Sumut  sebagai pemenang dalam Pilkada Gubsu 2018, sedangkan pasangan Djarot Saiful Hidayat -- Sihar Sitorus menempati urutan kedua, dari dua pasangan calon Gubsu yang turut berkompotisi.

Nama Edy Rahmayadi bukanlah merupakan nama asing bagi rakyat Indonesia pada umumnya, dan warga Sumut serta para pecinta sepak bola di tanah air pada khususnya. Edy Rahmayadi sebelum menjabat Penglima Komando Strategi Angkatan Darad (Kostrad), Edy pernah menjabat sebagai Palima Komando Daerah Militer (Kodam) I Bukit Barisan (BB), di samping itu Edy Rahmayadi juga putra kelahiran Sumut.

Sedangkan, bagi masyarakat Indonesia pecinta si kulit bundar, Edy Rahmayadi dikenal karena jabatan sebagai Ketua Umum (Ketum) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

Niat Edy maju sebagai calon kandidat Ketua PSSI pada Kongres PSSI 10 November 2016, adalah dengan nawaitu, untuk memajukan persepakbolaan di tanah air yang semakin terpuruk. Edy pun terpilih sebagai Ketum PSSI.

Terpilihnya Edy sebagai Ketum PSSI, dipertanyakan banyak pihak. Karena dengan bersamaan kala itu Edy adalah Panglima Kostrad. Sementara PSSI perlu perhatian yang serius dari kepengusuran PSSI. Edy Rahmayadi menjadi sosok Ketum PSSI yang rangkap jabatan.

Bagaimana Edy membagi waktunya antara jabatannya selaku Panglima Kostrad, dengan jabatannya sebagai Ketum PSSI. Waktu itu Edy menjawab dengan tegas, pihaknya tetap memiliki fokus lebih besar terhadap profesinya sebagai tentara.

Jawaban Edy Rahmayadi memang terbukti, nasib PSSI tetap dirudung malang. PSSI tak mampu untuk menunjukkan taringnya, di mana PSSI pernah mendapat julukan sebagai macan ASEAN (Asia Tenggara) dalam dunia persepakbolaan.

Dari berbagai pertandingan yang digelar, yang diikuti oleh PSSI, hasilnya belum cukup optimal dan memuaskan. PSSI lebih banyak mengalami kekalahan dari pada memetik kemenangan.

Yang ironisnya, persoalan pelatih pun menjadi persoalan yang tidak pernah selesai. Bagaikan menang kusut, diurai yang satu berbelit yang lainnya. PSSI pun sering melakukan gonta-ganti pelatih, namun hasilnya tetap saja nihil. Di lapangan PSSI tetap saja bernasib sial.

Mungkin hal ini disebabkan tidak fokusnya Ketum PSSI untuk menangani PSSI itu, sehingga hasil yang diperoleh oleh PSSI selaku organisasi persepakbolaan di tanah air juga setengah-setengah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline