Pidato pertama Anies Baswedan setelah dilantik menjadi Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, menjadi viral dan mendapat kecaman dari berbagai kalangan dimedia social dan para nitizen didunia maya.
Isi pidato yang menjadi kecaman para nitizen didunia maya itu, Anies mengatakan Jakarta ini satu dari sedikit kota di Indonesia yang merasakan kolonialisme dari dekat. Selama ratusan tahun. Ditempat lain penjajahan mungkin terasa jauh. Tapi di Jakarta, bagi orang orang Jakarta itu kolonialisme didepan mata. Dirasakan sehari hari. Karena itu bila kita merdeka, janji janji harus dilunaskan. Dulu kita semua, pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya kita jadi tuan rumah dinegeri sendiri. Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan dalam pepatah Madura itik telor, ayam singerami (itik yang bertelor ayam yang mengerami).
Penggalan isi pidato Anies inilah yang menjadi permasalahan bagi sebahagian orang. Karena Anies menyebut kata Pribumi. Istilah pribumi yang dipakai Anies dianggap dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Tapi jika melihat konstek dari isi pidato tersebut, sebenarnya tidak ada yang salah untuk dipermasalahkan. Kata Pribumi yang dipakai oleh Anies adalah dalam konstek ketika negeri ini dijajah oleh Belanda.
Lantas kenapa isi pidato Anies menjadi dipermasalahkan, berbagai keritikan dan kecaman berselancar didunia maya?. Inilah kerjaan dari orang orang yang tidak mempunyai pekerjaan lain, selain dari pada mengubar fitnah. Kalau dalam bahasa agamanya Ghibah. Menebar ghibah adalah perbuatan dosa.
Pada hal jika kita mau jujur, masih banyak persoalan dinegeri ini yang perlu untuk dibahas. Salah satu adalah masalah korupsi yang semakin massif dinegera Indonesia. Yang melibatkan para pejabat, Aparatur Negara, intitusi dan kelembagaan. Kenapa hal ini seperti terabaikan. Apakah karena jika membahas hal yang seperti ini tidak menjadikan kita hebat, atau kurang menarik, makanya pembahasan tentang korupsi kita anggap angin lalu, pada hal korupsi telah membuat kita sebagai bangsa Indonesia menderita.
Ada lagi yang perlu untuk dibahas, hal yang paling menyakitkah hati, ketika terjadi bencana, para pejabat Negara datang berkunjung, mereka masih menyempatkan diri untuk tertawa dan tersenyum, cium pipi kiri cium pipi kanan (Cepika Cepiki) dalam bahasa gaulnya. Pada hal yang mereka datangi dan yang mereka lihat , adalah anak bangsanya yang merasa berduka karena ditimpa musibah. Hal inipun lalai dari pembahasan kita.
Lantas ketika Presiden Jokowi pernah menggunakan istilah pribumi saat berbicara tentang lapangan kerja, dan ketika Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarno Putri juga pernah menggunakan istilah pribumi dalam pidatonya tentang pendidikan pribumi. Apakah istilah pribumi yang dipakai oleh Presiden Jokowi dan Ketua umum PDIP ini ingin memecah belah bangsa? Lalu kenapa kita tidak meributkannya, sama ributnya dengan kata pribumi yang dipinjam oleh Anies dalam pidatonya itu.
Kalau pidato Jokowi dan Megawati yang sama sama meminjam istilah pribumi tidak dianggap sebagai memecah belah bangsa. Kenapa pidato Anies yang juga memakai istilah pribumi dianggap untuk memecah belah bangsa? Dimanakah letak perbedaannya? Tentu tidak ada perbedaanya, karena ketiga tiganya adalah vigor public sama sama tokoh dimata masyarakat. Jika membanding dari apa yang disampaikan oleh ketiga tokoh itu tidak seharusnya dijadikan kontraversi.
Pribumi Non Pribumi :
Berbicara tentang Pribumi, tentu kita juga harus berbicara tentang non pribumi. Siapakah yang sebenarnya Pribumi dan siapa yang non pribumi. Sedangkan di Indonesia ada beberapa ragam jenis manusia, mulai dari suku Jawa, Papua, Aceh, Sumatera , Cina, Arab, Eropah, India dan lain sebagainya. Mulai dari kulit sawo matang, hitam keling, sampai kepada yang berwarna putih.
Menurut Peneliti Eijkman institute Prof Herawati mengatakan, perbedaan fisik diakibatkan oleh karena adanya percampuran genetic yang terjadi ditubuh manusia. Peristiwa ini berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu dari sejumlah gelombang migrasi.