Lihat ke Halaman Asli

Wisnu AJ

TERVERIFIKASI

Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Orang-orang di Kebun Sawit (44)

Diperbarui: 17 September 2017   01:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fhoto/Adin Umar Lubis

Sebelumnya baca di sini

" Saudara saudariku, mulai saat ini, dimana disaat saya berdiri dihadapan saudari saudariku, bangkitlah, bangkitlah sebagai kaum buruh, bangkitlah sebagai kaum tani. Singsingkan lengan baju, mari kita bersama maju, untuk memerangi kesemena menaan.

PKI, bersama Gerwani akan membentuk angkatan kelima, dimana kaum buruh dan kaum tani akan dipersenjatai. Kita bukan untuk berperang, atau merongrong pemerintahan yang sah dan berdaulat, tapi melainkan kita mempersiapkan diri, jika kita diserang. Oleh karena itu saudari saudariku sekalian, mari kita bersama sama menggerakkan Gerwani, untuk menumpas kesewenang wenangan itu. Hidup PKI...Hidup Gerwani...", Yel yel yang diucapkan oleh Sri Dewi untuk menutup pidatonya bergema memenuhi lapang.

" Hidup PKI...Hidup ...Gerwani...Hidup kaum buruh ", para kuli menyambut yel yel itu dengan penuh semangat. Sri Dewi sebelum turun dari panggung, dia melantunkan lagu genjer genjer yang diikuti oleh para kuli perrempuan yang hadir dilapangan bola itu.

Mata hari mulai condong keufuk barat, sinar merah yang dipancarkannya mulai meredup sebelum hilang diantara rimbunan pohon sawit disekitar lapangan bola itu. Para kuli perempuan yang berkumpul dilapangan bola, satu persatu beringsut pulang kembali kepondoknya dengan membawa masing masing cerita dari isi pidato yang disampaikan oleh para kader dan tokoh Gerwarni yang datang dari kota.

Apa yang disampaikan oleh Sri Dewi, terinspirasi dari revolusi  Tiongkok dibawah kepemimpinan Sun Yatsen. PKI salah satu Partai Politik yang beraliran komunis, mencoba untuk membangun suatu kekuatan di negeri yang baru saja merdeka. Para tokoh tokoh dan kader PKI pada setiap pertemuan dan rapat rapat partai, berupaya untuk memmonpa semangat para anggotanya. Kemudian menyusup didalam kehidupan masyarakat, terutama masyarakat di perkebunan yang tidak tahu apa apa.

Didalam perjalanan pulang kerumah, Nafisah bertemu dengan Hartini dan Parni, ketiganya terlibat pembicaraan yang serius. Nafisah sebenarnya berusaha untuk menghindar dari Hartini dan Parni, tapi karena keduanya mengajak Nafisah pulang bersama, Tidak enak dihati Nafisah jika mengelak.

" Sampean rupanya masuk juga kedalam barisan Gerwani ", Hartini memulai perkataanya. Selama ini keduanya bagaikan wanita yang dimadu, saling iri dan saling dengki.

" Sebenarnya saya belum menjadi anggota Gerwani ", jawab Nafisah tanpa melihat kearah Hartini dan Parni.

" Kenapa Sampean menghadiri pertemuan akbar Gerwani ini?". Tatapan mata Hartini tidak lagi seperti sediakala, tatapan mata yang bermusuhan, tapi kali ini tatapan matanya penuh dengan tatapan persahabatan.

" Saya hanya ingin mendengarkan pidato para tokoh dan kader Gerwani, tapi nyatanya pidato pidato yang mereka sampaikan cukup menarik, dan membuat semangat jadi bangkit ",  Ujar Nafisah. Parni yang dari tadi hanya mendengarkan pembicaraan, kini dia melibatkan diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline