Lihat ke Halaman Asli

Wisnu AJ

TERVERIFIKASI

Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Orang di Kebun Sawit (12)

Diperbarui: 13 Agustus 2017   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sebelumnya :

            " Mbak, aku itu dijadikan gundik oleh mandor besar, karena kekuasaannya, bukan karena aku suka sama dia ", Nafisah tetap menatap wajah Poniah. Karena apa yang dikatakannya itu adalah merupakan kenyataan. Sebab  kekuasaan yang dimiliki oleh mandor besar Kartijolah, maka dia mau tidak mau, suka atau tidak suka, masuk dan terperangkap dalam dunia pergundikan.

Kemudian :

            " Kamu kan tahu kalau mandor besar itu adalah gundik saya ", mata Poniah melotot kearah Nafisah.

            " Sekalipun itu gundiknya mbak, tapi saya tidak salah ".

            " Sapa bilang kamu tidak salah,telah  merebut gundik orang ".

            " Mbak saya itu bukannya merebut gundik mbak, tapi saya dipaksa oleh kekuasaan mandor besar. Kalau saya dibolehkan untuk memilih, saya tidak akan memilih jadi gundik ", kata kata Nafisah membuat Poniah naik darah.

            " Apa kau bilang?".

            " Ya, mbak, kalaulah saya boleh memilih saya tidak akan hidup sebagai gundik".

            " Beraninya kau menghina aku, menghina gundik mandor besar sama dengan menghina mandor besar ". Suara Poniah begitu keras mengundang para kuli yang lalu lalang ditempat itu memandang kearah mereka.

            " Saya tidak menghina mbak, karena kita sama sama hidup dalam dunia pergundikan. Tapi itulah prinsip yang ada pada diri saya " ujar Nafisah lembut

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline