[caption caption="Sumber fhoto/Hr Medan Bisnis"][/caption]
Sebelumnya
Lama mereka terdiam. Meilan tenggelam dengan pikirannya sendiri. Sementara ibunya memandangi Meilan juga tampa berkata kata. Diluar Udara Sinaboi, telah mulai redup. Angin dari selat Malaka terasa begitu sejuk, masuk menyelusup keruangan dimana Meilan dan ibunya berada. Namun hati Meilan tak sesejuk tiupan angin Selat Malaka itu.
Setelah usai sholat Subuh, Azis berkemas untuk berangkat ke kota Bagan Siapi Api. Pakaian dan surat surat untuk keperluan mendaptar di SMA Negeri Bagan Siapi Api sudah dimasukkannya kedalam tas nya tadi malam. Tas itu kemudian diikatkannya diatas boncengan sepedanya. Tadi malam dia telah menceritakan bahwa dia akan mendaftar disekolah SMA Negeri di kota Bagan Siapi Api. Waktu ia menyampaikan keiinginan nya itu ibunya tidak banyak menbantahnya, hanya ada beberapa hal yang dipesankan oleh ibunya. Dan pagi ini pesan itu diulang ibunya kembali.
“ Zis, sesampainya kau nanti kerumah uwakmu, sampaikan pesan ibu”, katanya kepada Azis yang mengkemasi barang barangnya.
“ Iya bu? “, jawabnya lalu mengeluarkan sepeda yang akan dibawanya ke Bagan Siapi Api.
“Ditempat uwakmu itu, kau jangan membuat persoalan, bantu dia dalam mengerjakan pekerjaannya”. Azis hanya menganggukkan kepalanya.
“ Berapa hari kau disana?”, Tanya wanita itu.
“ Mungkin hanya dua tiga hari bu, Setelah selesai mendaftar aku kembali pulang ke Sinaboi”, jawanya tanpa menoleh kepada ibunya.
“Uang kita tidak ada nak, inilah kau bawa untuk mendaftar?”, ibunya memberikan uang tiga ratus ribu . Azis mengambil uang itu tanpa banyak komentar. Karena dia sendiri mengetahui keaadaan mereka.
“ Pandai pandailah kau menggunakan uang itu?”. Pesan ibunya lagi.