Lihat ke Halaman Asli

Wisnu AJ

TERVERIFIKASI

Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Senandung Cinta dari Selat Malaka "13 " (TMN 100 H)

Diperbarui: 27 Maret 2016   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber/RTC"][/caption]

Sebelumnya

Suara kokok ayam dan suara lantunan Azhan untuk sholat subuh, akhirnya menghilangkan semua bayangan banyang itu. Dia bangkit untuk melaksanakan perintah dari ilahi. Ddidepan pintu kamar Azis dia mendengarkan suara suara doa yang dilafazkan dengan sempurna oleh putranya. Ada titik titik bening dimata wanita itu. Namun dihapusnya cepat cepat, diapun melanjutkan langkahnya keruang belakang untuk berwuduk.

Pagi yang cerah di Sinaboi, tampak sinar mata hari muncul dari celah celah dedaunan pohon mangruf disepanjang pantai laut selat Malaka. Sinarnya yang terik terlihat mulai mengeringkan tetesan tetesan embun malam yang membasahi pohon pohon dan jalanan. Suasana diperkampungan nelayan itu mulai Nampak kesibukan. Rutinitas kegiatan sehari hari para penduduk desa mulai dilakukan. Ada yang berangkat kerja kekota Bagan Siapi Api, ada pula yang hanya bekerja dipergudangan daerah Sinaboi.

Ibu Azis setelah selesai sholat subuh, sudah meninggalkan rumahnya, untuk bekerja dipergudangan milik Baba Asiong untuk menjemur ikan ikan hasil tangkapan para nelayan yang dibeli ole Baba Asiong. Keperluan Azis dan adik adiknya untuk berangkat sekolah, tidak lagi diurus oleh ibunya, tapi melainkan diurus mereka masing masing.

“ Kudengar si Azis mau menyambung sekolahnya ke kota Bagan Siapi Api?”, Halimah teman satu pekerjaan dengan Salmah ibu Azis bertanya kepadanya, disela sela kesibukan mereka menjemur ikan.

“ Entahlah kak, akupun belum tahu kemana dia melanjutkan sekolahnya, kalau anak kakak kesekolah mana?”, Tanya Salmah. Dari jauh isteri Baba Asiong tampak mengawasi pekerjaan para buruhnya.

“ mungkin kalau anakku tak sekolah lagi?”, sahut Halimah.

“ Kenapa kak?”.

“ Kau lihat sendirilah, bagaimana kehidupan kita ini. Berapalah gaji menjemur ikan ni, sedangkan suamiku kelaut hasilnya tak mencukupi, untuk makan saja sangat sulit”, Halimah menuturkannya kepada Salmah.

“ Kalau dia tak sekolah, apa dia mau bekerja?”, Tanya Salmah, Halimah memperhatikan isteri Baba Asiong yang sedang mengawasi mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline