Lihat ke Halaman Asli

Wisnu AJ

TERVERIFIKASI

Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

{Tantangan 100 Hari Menulis Novel} Senandung Cinta dari Selat Malaka "2"

Diperbarui: 16 Maret 2016   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber fhoto/Hr Medan Bisnis"][/caption]Sebelumnya......

Setelah menjanda Syarifah permisi kepada Apek Hai untuk berjualan kopi ditangkahan milik Apek Hai. Dan Apek Hai ternyata tidak keberatan dengan keiinginan Syaripah untuk membuka warung kopi kecil kecilan ditangkahan milik nya itu Malah Apek Hai turut memberikan bantuan modal kepada Syaripah untuk membuka warung kopi itu

            Dilangit cahanya merah dari sinar mata hari mulai memudar, lampu lampu didalam pergudangan mulai dihidupkan, kesibukan didalam gudang juga terlihat mulai berangsur sepi. Hanya tampak ada beberapa orang lagi yang masih menunggu untuk ditimbang ikannya. Mereka ada yang duduk diatas kursi yang disediakan didalam gudang itu, dan ada pula yang duduk diatas viber tempat ikan yang banyak terdapat didalam gudang itu.

            “ Kopi satu kak?”, Azis mengambil tempat duduk disudut warung kopi syarifah. Dari tempat dia duduk matanya bisa melepas pandangan dengan leluasa kearah dalam gudang maupun ketengah samudra Selat Malaka.

            “ Belum bongkar Zis?” Tanya Syarifah, sembari meletakkan secangkir kopi pesanan Azis diatas meja.

            “ Belum kak, agak kesorean kami masuk”, jawab Azis dengan bahasa melayu yang kental. Aziz mengaduk kopi yang telah ada  dihadapannya

            “ Banyak dapat ikannya?” , susul Syarifah lagi bertanya sebelum ia beranjak untuk membuatkan kopi pesanan yang lain.

            “ Lumayan jugalah kak, tak terutang belanja”, Azis mengangkat cangkir kopinya lalu menyeruputnya sedikit demi sedikit, kemudian ia mengambil rokok dari saku bajunya, dipasangnya sebatang, dan dihisapnya dalam dalam

            “ Zis, kamu sudah bongkar?” wak Udin bertanya dia baru keluar dari dalam gudang.

            “ Belum wak. Orang uwak udah bongkar?, Tanya Azis balik bertanya

            “ Sudah, agak siang tadi kami merapat”, jawab wak udin, tangannya dengan lincah melinting tembakau dengan daun nipah yang sudah dikeringkan. Kemudian dia berpaling kea rah Syarifah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline