Lihat ke Halaman Asli

Wisnu AJ

TERVERIFIKASI

Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

{100 Hari Menulis Novel} Senandung Cinta dari Selat Malaka

Diperbarui: 15 Maret 2016   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Tantangan 100 hari menulis novel-fiksiana cummuniti (skrinsot)"][/caption]Laut tenang tak bergelombang, angin selat malaka bertiup dengan lembutnya, setelah pagi sampai siang ia telah menumpahkan kemarahannya, membuat air laut Selat Malaka tak berhenti bergelombang. Tapi sore ini angin Selat Malaka seperti menyimpan amarahnya, ia bertiup dengan lembut membuat air laut Selat Malaka tenang, tak bergelombang bagaikan senyum bidadari yang turun dari sorga loka.

            Cahaya sinar mata hari mulai Nampak temaran, walaupun cahaya merahnya belum menyentuh permukaan laut. Sebagai pertanda malam akan tiba.  Sinarnya yang terlindung awan berwarna putih, tidak lagi terasa menyengat. Dikejauhan serombongan burung camar tampak berbaris mengikuti perahu nelayan yang mulai merapat kepantai, satu dua ekor ada juga yang tampak menukik kepermukaan laut, lalu terbang kembali mengikuti rombongannya

            Perahu yang di nakhodai oleh Azis, anak remaja yang baru putus sekolah itu, dari tadi sudah merapat ketangkahan pergudangan milik Apek Hai, warga turunan Tiongkok yang telah lama menetap ditepian Selat malaka di daerah Sinaboi. Daerah tepian laut selat malaka Sinaboi ini hanya berjarak sekitar 25 Km dari kota Bagan Siapi Api Kabupaten Rokan Hilir.

            Di Sinaboi ini Apek Hai membuka usaha tempat jual beli ikan hasil tangkapan para nelayan  di pesisir pantai Selat Malaka. Selain melakukan transaksi jual beli ikan. Apek Hai juga memiliki lima unit armada perahunya untuk menangkap ikan di laut. Kelima unit armada perahu menangkap ikan miliknya ini dipercayakan nya kepada orang lain. Sementara dia sendiri berfokus kepada usaha jual beli ikan dari para nelayan termasuk dari orang orang yang dipercayakannya untuk menjalankan usaha lautnya itu.

            Salah satu armadanya dipercayakannya kepada Azis, remaja yang baru putus sekolah di kelas dua Es Em A di kota Bagan Siapi Api. Azis merupakan tetangga Apek Hai. Sebelumnya orang tua Azis juga mempunyai hubungan bisnis jual ikan dengan Apek Hal. Hanya saja orang tua Azis tidak menjalankan usaha menangkap ikan, tapi melainkan ia membeli ikan para nelayan di tengah laut, kemudian di jual kepada Apek Hai. Maka bagi Apek Hai Azis bukanlah merupakan orang asing baginya. Ditambah lagi sejak sekolah di SD dan SMP di Sinaboi, sampai masuk ke SMA di kota Bagan Siapi Api Azis satu sekolah dengan putri bungsunya Maeilan.

            Walaupun Azis telah lama menyandarkan perahunya di tangkahan pergudangan Apek Hai, namun azis harus turut antri untuk menaikkan ikan hasil tangkapannya tadi siang. Karena pada saat itu pergudangan Apek Hai dipenuhi oleh para nelayan yang akan melakukan penimbangan ikan hasil tangkapan mereka.

            Usaha pergudangan milik Apek Hai, tidaklah terlalu besar. Tidak seperti pergudangan ikan lainnya yang ada di pesisir pantai Sinaboi yang cukup besar. Walaupun usaha pergudangan tempat jual beli ikan milik Apek Hai ini tidak besar, tapi para nelayan yang tinggal di pesisir pantai selat malaka Sinaboi lebih suka menjual ikannya kepada Apek Hai, dari pada ketempat lainnya.

            Karena Tokeh keturunan Tiongkok ini tidak terlalu menekan harga beli kepada para nelayan. Apek Hai dalam menentukan harga ikan berdasarkan harga ikan dipasaran. Kemudian timbangan yang dipergunakan nya adalah timbangan yang jujur, tidak berkurang satu garispun. Dan keramahannya terhadap para nelayan, membuat para nelayan suka kepadanya.

            Sementara dipergudangan ikan yang lainnya, pemiliknya tidak seramah Apek Hai, belum lagi timbangan yang dipergunakan  dalam satu kilo bisa hilang satu sampai dua garis. Dan dalam meletakkan harga para tokeh tokeh ini tidak seperti Apek Hai, berdasarkan harga pasar, tapi melainkan harga kehendak sendiri dari tokeh tokeh itu. Inilah yang membuat para nelayan lebih suka menjual ikannya kepergudangan Apek Hai ketimbang ketempat lain.

            Walaupun pergudangan Apek Hai sering dipadati oleh para nelayan untuk menjual ikan hasil tangkapan mereka, Apek Hai tidak memakai tenaga kariyawan luar. Semua kariyawan di pergudangan Apek Hai adalah keluarganya, mulai dari isterinya, sampai kepada anak dan  menantunya. Kalaupun Apek Hai memakai tenaga luar hanyalah untuk penjaga malam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline