Lihat ke Halaman Asli

Wisnu AJ

TERVERIFIKASI

Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Kompasiana Guru Dalam Menulis

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14133810721256062638

Beground/hoto Kompasiana

Menulislah di Kompasiana, karena pembaca Kompasiana lebih banyak dari pembaca surat kabar (Koran). Kompasiana sebagai Media Zitizen warga dalam memposting tulisan para ztizen nya tidak punya batasan, sejauh yang di tulis tidak mengandung Suku Agama Ras (Sara), kemudian tidak propokatif dan bernuansa pitnah. Seorang zitizen boleh memposting tulisannya semampunya, jika ia mampu menulis tulisan sepuluh judul dan diposting ke Kompasiana tidak ada larangan

Sementara surat kabar punya aturan tersedniri untuk menayangkan suatu tulisan. Dan tidak semua tulisan yang di kirim keredaksi bisa untuk dimuat/di terbitkan. Ada ruangan ruangan yang di peruntukkan kepada masyarakat untuk tempat menulis. Dan surat kabar tidak akan menerbitkan/memuat tulisan yang sipatnya berita (News) yang di kirimkan oleh masyarakat, kalaupun di muat pada rubric pembaca menulis. Karena ruang pemberitaan di surat kabar hanya di peruntukkan bagi wartawannya.

Pembaca Kompasiana memang golongan menengah keatas, tidak seperti pembaca Koran, mulai dari jenjang sosialnya elit kelas atas sampai kepada kelas kere (miskin). Karena untuk membaca kompasiana kita harus memiliki perangkat internet, sementara pembaca Koran tidak perlu memiliki prangkat internet. Cukup dengan membayar kopi secangkir di warung kopi kita sudah bisa membaca Koran.

Memang sesuai dengan kemajuan zaman, saat ini kita mudah untuk mendapatkan prangkat internet dengan bertaburnya warung internet (warnet) yang menyediakan pasilitas internet dengan segala perangkatnya. Tapi sayangnya parapenghuni warung internet mayoritas adalah anak anak remaja. Dan situs yang di buka hanya sebahagian kecil media online. Para remaja ini lebih suka ber FB ria di warung internet sehingga media social yang namanya Kompasiana terlewatkan.

Walaupun pembaca Kompasiana adalah kalangan masyarakat menengah keatas, namun jumlah pembacanya mengalahkan jumlah pembaca surat kabar untuk ukuran satu tulisan. Surat kabar mempunyai helaian halaman, dalam satu halaman setidaknya terdapat lima sampai sepuluh tulisan dalam bentuk berita. Sementara Kompasiana memang satu halaman tapi memiliki lebih dari lima puluh tulisan atau berita yang tayang dalam satu jam. Dan Kompasiana tayang selama dua puluh empat jam. Sedang kan surat kabar ada yang terbit satu kali seminggu yakni surat kabar mingguan dan ada yang terbit satu kali setiap hari, yakni surat kabar harian. Dan ada yang terbit dua sampai tiga kali dalam sehari, seperti Surat kabar harian Pos Kota Jakarta.

Surat kabar local yang terbit setiap hari paling banter oplahnya sekitar 5000, itupun tidak semua surat kabar harian yang mampu bertiras 5000, ada yang hanya memiliki tiras di bawah lima ribu, terkecuali surat kabar nasional yang terbitnya di pusat Jakarta, seperti Kompas, Republika, Suara Karya, Sinar Pembangunan dan lain sebagainya.

Jika satu berita di surat kabar di baca tiga orang, jika surat kabarnya bertiras 5000 eksp, maka berita tersebut di baca sebanyak 15.000,- tapi di kompasiana ada kompasionar yang tulisan nya di baca lebih dari 1.000.000,- bayangkan berapa kali lipat perbandingannya. Hanya saja menulis di Kompasiana tidak memiliki honorarium. Tapi di Surat Kabar setiap tulisan yang terbit penulisnya mendapatkan honor. Namun pun begitu menulis di kompasiana memiliki kepuasan bathin tersendiri. Karena di media sosioal ini seorang warga bisa menuliskan unek uneknya, tanpa ada batasan. Sementara di surat kabar tidak semua unek unek yang di tuliskan bisa di muat di Surat Kabar.

Penulis di Kompasiana walaupun pembacanya banyak dan berjibun, tapi nama penulisan jarang di kenal di tengah tengah masyarakat, tapi penulis di Surat Kabar dengan mudah di kenal orang. Karena pembaca Surat Kabar adalah masyarakat kalangan bawah yang suka mengelu ngeukan orang yang di kaguminya. Berbeda dengan pembaca Kompasiana, karena menengah keatas, maka mereka tidak suka untuk mengelu ngelukan orang sekalipun orang itu idolanya.

Terkadang penulis di Kompasiana, walaupun satu kota, namun tidak pernah untuk membuka diri bahwa dia adalah penulis di kompasiana, berbeda dengan penulis di Surat kabar, tampa di beri tahu bahwa dirinya gemar menulis di Surat kabar, orang sekotanya sudah mengetahui kalau dia seorang penulis.

Lantas rugikah kita menulis di Kompasiana? Tentu jawabnya tidak, karena media social online yang namanya Kompasiana adalah guru bagi para warga yang gemar menulis. Melalui Kompasiana kita asah bakat kita dalam dunia tulis menulis. Dan sebagai guru layaklah kita hormat dan berterimakasih kepadanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline