Lihat ke Halaman Asli

Bom Paris, Standar Ganda Media dan Penggembira Dunia Maya

Diperbarui: 17 November 2015   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Paris diguncang bom beberapa hari lalu. Sudah bisa ditebak, penggembira dunia maya akan meramaikan dunia maya dengan tagar semacam #prayForParis dan sejenisnya. Sudah bisa ditebak pula, akan muncul statemen-statemen oleh penggembira dunia maya pula yang membandingkan korban bom Paris dengan korban di Palestina, Suriah, dan negara konflik lain. Seperti ketika dunia maya dihebohkan dengan kematian Angeline di Bali, muncul pula statemen-statemen yang membandingkan dengan anak-anak di Palestina, Suriah, atau negara konflik lainnya. Intinya, kenapa ketika jatuh korban dari kalangan orang non muslim, masyarakat dunia maya langsung heboh dan menunjukkan simpatinya. Namun ketika jatuh korban dari kalangan muslim yang mungkin jumlahnya lebih banyak, tak ada kehebohan serupa di dunia maya.

Terkadang umat Islam merasa diperlakukan tidak adil oleh masyarakat dunia maya. Ketika terjadi kedzaliman kepada umat muslim, netizen seakan diam. Namun apa benar mereka semua diam karena tidak peduli dengan umat muslim? Bisa jadi mereka tidak bereaksi karena memang tidak tahu. Itu kalau kita mau positive thinking.

Sebuah kabar bom meledak di Paris, kemudian bisa sampai ke telinga kita dikarenakan ada media yang menyampaikannya melalui berbagai macam cara. Melalui koran, website, radio, dan saluran-saluran lain. Nah, ketika ada ratusan muslim di Suriah yang tewas dalam sebuah serangan bom, lalu media bungkam seribu bahasa, bagaimana mungkin para netizen yang awam masalah konflik di Suriah tahu kabar tersebut? Bisa dibilang, media-lah pengontrol sikap massif para netizen. Media ingin netizen heboh dengan bom Paris, ya media tinggal blow up saja masalah bom Paris. Tak perlu menunggu waktu lama, netizen pun akan meramaikan dunia maya dengan tagar-tagar #pray4Paris.

Sebaliknya, coba seandainya tiap hari kita disuguhi informasi terbaru terkait korban-korban di Palestina, Suriah, dan negara konflik lainnya melalui website-website “raksasa” seperti detik.com, kompas.com, viva dan media-media besar lainnya, kemungkinan besar netizen pun akan meramaikan dunia maya dengan tagar #savePaletine, #saveSuriah dan sejenisnya. Ya tapi memang ada orang yang sudah dasarnya tidak suka dengan Islam. Orang seperti itu bakalan tetap cuek walau tiap hari diberi kabar bahwa jatuh puluhan korban tiap harinya di Palestina, Suriah, Yaman dan lainnya. Hehe… Tapi orang seperti ini perlu dibina… Kalau tidak bisa dibina, baru dibinasakan…ups.. :D

Saya coba berbaik sangka saja bahwa mayoritas netizen tidak menunjukkan simpati seperti simpati mereka pada korban Paris dikarenakan tidak sampai kepada mereka kabar-kabar atau foto-foto mengenai korban di Palestina, Suriah, dan lainnya melalui media-media yang mereka konsumsi.

“Ah..omong kosong.. Masa sampai nggak tahu… Lha wong ratusan gambar dan berita tentang korban di Palestina dan Suriah jelas-jelas banyak beredar kok di internet melalui website-website Islami. Baik di facebook atau lainnya”. Mungkin ada orang yang berkata seperti itu. Maka kita katakan, bahwa kebanyakan orang awam itu masih percaya dengan media-media besar saja seperti detik, viva, dan sejenisnya. Mereka tidak seperti Anda-Anda yang rajin nge-like fanpage Islami, membuka website-website Islami, memiliki kawan-kawan di friend list yang sepikiran dengan Anda. Mereka tidak seperti itu. Orang-orang itu mungkin masih awam dengan istilah “perang media” atau “perang pemikiran”. Mereka tahunya ya berita di detik.com, kompas.com dan media sekuler lainnya adalah fakta. Itulah berita. Itulah yang terjadi. Maka ketika bom paris di-blow up oleh media semacam itu, maka berita itulah yang mereka ikuti. Mereka pun akhirnya turut meramaikan dunia maya dengan statemen-statemen keprihatinan.

Kita akui bahwa korban di Palestina, Suriah, Afganistan, Yaman dan lainnya itu jauuuuuh lebih banyak dibanding korban bom Paris. Namun, janganlah kita lantas menganggap nyawa yang hilang di bom Paris adalah sebuah kewajaran. Lantas kita mengesampingkan nyawa mereka dengan cara membandingkan dengan korban di Palestina. Jangan, wahai saudaraku! Itu sama hal nya misal, kita dengar kabar bahwa tetangga kafir kita baru saja tewas ditabrak truk, lalu kita berkata “Ya sudah lah nggak apa-apa..Nggak perlu prihatin… Noh di Palestina, ada puluhan orang tewas ditabrak tank tapi orang-orang pada nggak prihatin”. Apakah seperti itu sikap muslim yang baik? Yang baik ialah kita tetap prihatin dengan korban di Palestina, namun juga prihatin kepada tetangga kita yang baru saja tertabrak truk tersebut. Tentu bentuk keprihatinan kepada tetangga kafir tersebut tidak boleh melewati batasan-batasan yang disyariatkan.

 

Apakah yang jadi korban di Paris memang pantas di-bom? (Simak artikel menarik dari rumaysho.com: hukum membunuh atau mengebom orang kafir). Bisa jadi mereka termasuk golongan kafir yang tidak boleh dibunuh, bahkan disakiti. Mengesampingkan kematian mereka justru akan memperburuk pandangan orang kafir kepada Islam. Mereka akan berpikir “Oh begini to akhlak orang Islam. Ada korban bom yang tidak tahu apa-apa, malah mereka bersikap sinis”.

Mari bersikap adil. Mari beri udzur kepada kawan-kawan yang masih awam itu. Anggap mereka tidak tahu karena mereka hanya mengikuti hype sesaat karena blow up media-media sekuler. Media-media sekuler itu telah berbuat tidak adil kepada umat muslim. Kita akui itu bentuk kezaliman kepada kita. Tapi apakah kita ingin mengikuti jejak dungu mereka dengan membalas berbuat tidak adil pula? Kita lebih mulia dari itu. Tunjukkan bahwa kita lebih mulia dan bisa bersikap adil kepada siapa pun.

Kalau kita mau cari kambing hitam atas sikap netizen yang terkesan apatis dengan korban di Palestina dan Suriah, maka media-media sekuler dan orang di belakangnya itu lah yang pantas dikambinghitamkan. Mereka menyajikan fakta secara tidak berimbang dan menggunakan standar ganda. Korban kezaliman di Palestina, Suriah, dan negara Islam lainnya tak pernah di blow up secara besar-besaran. Namun ketika jatuh korban bom di negara non Islam dengan pelaku yang DIDUGA muslim, maka lantas di blow up gila-gilaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline