Beberapa waktu lalu acara Metro TV Mata Najwa menampilkan head to head kubu Jokowi dan Prabowo. Dengan pengaturan "Anies Baswedan vs Mahfud MD", "Arar vs Zon", dan "Adian vs Yani". Dari seluruh nara sumber, memang ucapan-ucapan yang paling terlihat elegan dan tertata rapi adalah ucapan Anies Baswedan. Beredar isu bahwa kubu Jokowi sudah diberi tahu terlebih dahulu tentang pertanyaan yang akan ditanyakan. Namun saya rasa, kalau pun tidak diberitahu pertanyaannya terlebih dahulu, Anies tetap dapat menjawab pertanyaan dengan elegan, karena memang seperti itu karakter pembawaan Anies.
Sayang, keahlian Anies dalam mengolah ucapan tersebut tidak menular ke capres Jokowi ketika Jokowi mendapat kesempatan berbicara pada saat pengambilan nomor urut. Kesempatan yang seharusnya digunakan untuk menunjukkan sikap kenegarawanan, justru digunakan untuk kampanye. Saya tetap melihatnya sebagai kampanye, walau pun pada suatu kesempatan sesudahnya Jokowi menepis hal tersebut dan menganggapnya hal biasa. Ajakan untuk mencoblos nomor urutnya tentu merupakan sebuah kampanye bukan? Saya tidak mempermasalahkan mengenai aturan KPU yang belum memperbolehkan kampanye pada saat itu, namun saya hanya menyayangkan kesempatan besar seperti itu tidak dimanfaatkan dengan baik.
Ketika Jokowi menjelaskan filosofi angka dua, sebenarnya saya sudah acungi jempol untuk dia. Saya menerka, lanjutannya adalah Jokowi menjelaskan bahwa tidak masalah mendapat angka berapa pun, kemudian dilanjutkan pidato yang lebih bersifat netral. Tapi sungguh sayang, Jokowi justru melanjutkannya dengan ajakan yang berbau kampanye. Bahkan protokoler standar pidato seperti menyebutkan nama-nama yang hadir sebagai bentuk penghormatan dan sopan santun pun tidak dilakukan Jokowi. Memang sih masih banyak kesempatan lain untuk menunjukkan kepiawaian Jokowi dalam berpidato, terutama pada saat debat capres nanti. Namun, dalam pertarutan sengit perebutan kursi capres-cawapres seperti sekarang, setiap kesempatan hendaknya dipergunakan dengan baik.
Hmmm... sepertinya pak Anies harus menularkan ilmunya ke Jokowi nih agar next time bisa lebih baik.
Note:
Sila dibela, walau pun saya tidak merasa bahwa ini adalah cacian untuk Jokowi yang harus dibela, karena lebih kepada kritikan berdasar pengamatan saya terhadap pidato Jokowi
var __chd__ = {'aid':11079,'chaid':'www_objectify_ca'};(function() { var c = document.createElement('script'); c.type = 'text/javascript'; c.async = true;c.src = ( 'https:' == document.location.protocol ? 'https://z': 'http://p') + '.chango.com/static/c.js'; var s = document.getElementsByTagName('script')[0];s.parentNode.insertBefore(c, s);})();
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H