Lihat ke Halaman Asli

Resep Karir Selain Gelar

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan adalah faktor penting dalam kehidupan dalam masa sekarang yang menuntut segala keahliah untuk dapat memperoleh pekerjaan yang layak. Walau memang pendidikan tidak menjamin segalanya, karena terkadang banyak sistem yang tidak selalu memperhatikan indeks prestasi seseorang. Misalnya banyak orang setelah menjadi sarjana dengan nilai cum laude malah tidak bekerja karena ditolak semua lamaran kerjanya. Dari sinilah kita seharusnya evaluasi kenapa seseorang yang lebih “pintar” biasanya ditolak. Prestasi akademik hanya akan membawa ke meja wawancara, seterusnya adalah kemampuan kita diluar itu. Terutama kemampuan komunikasi dan sosialisasi yang baiklah yang membawa kita sampai ke puncak.

Pada intinya sekolah hanya mengajarkan bagaimana cara tetap bertahan di sekolah tersebut sampai dengan lulus dengan nilai yang terbaik. Bukan mengajarkan sepenuhnya tentang kehidupan yang sebenarnya, yang terkadang bertolak belakang dengan banyak prinsip dan teori pada saat sekolah. Malah terkadang seseorang banyak memperoleh banyak pelajaran di dalam masyarakat dan lingkungan itu sendiri. Contohnya ada seorang ibu yang dulunya tidak tamat sekolah dan berpendapat bahwa kalau matematika itu susah. Padahal ibu tersebut bilang bahwa dia sangat lihai mengatur keuangan keluarganya. Jika ditanya siapakah figur seorang ibu tersebut pasti jawabannya “ada banyak sekali.” Dari kisah tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa tak selalu apa yang kita dapat di sekolah itu bisa membuat kita pandai mengatur hidup kita.

Lalu apakah yang bisa kita lakukan jika memang sistem channel atau koneksi saudara yang tidak fair ini masih berlaku? Hanya menjerit? Atau diam saja? Sebenarnya ada solusi dari itu semua, prinsip ini disebut dengan softskill. Jadi ketika kita sekolah tidak hanya akademik saja yang digas terus, tetapi kemampuan diluar itu semua yang bisa membuat kita jadi spesial. Istilahnya dalam ilmu perdagangan adalah menambah nilai jual kita. Misalnya seseorang yang dapat berbahasa Inggris dengan lancar akan lebih mudah mendapat kerja daripada seseorang yang tidak bisa berbahasa Inggris. Keahlian lain mungkin bisa seperti prestasi dalam berorganisasi atau dibidang olahraga. Misalnya dalam bidang olahraga adalah seseorang biasanya yang mahir  bermain bola voli setingkat nasional akan dilirik perusahaan atau bank-bank yang memang mengambil orang tersebut untuk mewakili perusahaannya ikut serta dalam perlombaan-perlombaan voli. Dengan contoh-contoh tadi kita bisa berkata bahwa tidak selamanya pendidikan yang tinggi menjamin seseorang dapat mempunyai pekerjaan yang layak. Karena jika dibayangkan berapa orang yang akan menjadi sarjana dalam tahun ini saja. Yang akan selalu menjadi saingan dalam melamar pekerjaan. Maka dari itu biasanya perusahaan atau instansi tertentu ingin membutuhkan seorang yang mempunyai kemampuan lebih dalam artian tidak sebatas lulusan sarjana dengan IPK tertinggi.

Kesimpulannya, jika kita mempunyai suatu bakat atau minat janganlah dimatikan. Pupuklah sampai menjadi suatu yang bisa membuahkan hasil yang terkadang membuat kita terkejut. Karena keahlian itu pasti berguna dimasa mendatang. Entah keahlian apapun itu yang terpenting bagaimana kita merencanakan strategi untuk menambah nilai jual kita. Itu semua tergantung kita semua, mau dilanjutkan dan dikembangkan atau berhenti dan hanya mementingkan prestasi akademik saja. Jawaban itu semua ada dalam diri saya dan anda sekalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline