Lihat ke Halaman Asli

Raden Muhammad Wisnu Permana

Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana

Tidak Usah Malu Jika Anak Mengalami Speech Delay Ya Bun!

Diperbarui: 8 Mei 2021   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ibu belajar dengan anak Foto: monkeybusinessimages

Satu minggu lagi, Hari Raya Idul Fitri akan tiba. Hari kemenangan yang dinantikan oleh seluruh Umat Muslim di seluruh dunia setelah satu bulan berpuasa. Namun, di tahu 2021 ini tidak banyak yang menantikan hari raya tersebut. Banyak yang tidak siap dengan pertanyaan-pertanyaan absurd dari keluarga besar yang justru malah melakukan body shaming seperti, "Kok gendutan?", "Kok kurusan?"

Ada juga tindakan baby shaming. Apa itu? Baby shaming adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kegiatan body shaming yang ditujukan pada bayi. Pertanyaannya pun sama absurdnya seperti "Anaknya kok kurus sih? Gak pernah dikasih makan?", "Anaknya kok gemuk sih? Nanti gedenya gemuk loh!, "Anaknya kok belum bisa berbicara sih? Udah tiga tahun lho!"

Meski awalnya bercanda, yang nantinya akan dilanjutkan ceramah panjang lebar sok tahu seputar tips pola asuh dan tumbuh kembang bayi, baby shaming ini dapat melukai hati sang bunda. Padahal yang ceramah panjang lebar tersebut bukan dokter, bukan perawat, bukan psikolog, bukan psikiater yang punya sertifikasi dan kualifikasi untuk itu. Kalaupun mereka profesional seperti yang saya sebutkan, tidak etis rasanya untuk berkata seperti itu kalau tidak diminta.

Di tulisan saya sebelumnya di bawah ini, saya sudah menjelaskan apa itu speech delay. Sesuai namanya, speech delay jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah keterlambatan berbicara. Dilansir dari halodoc.com, speech delay adalah gangguan tumbuh kembang pada anak-anak, dalam kondisi tersebut sang buah hati tidak mampu berbicara sebagaimana mestinya.

Baca juga : Pentingnya Edukasi Speech Delay dan Cara Mengatasinya

Penyebab speech delay ada banyak. Mulai dari kurangnya interaksi orang tua terhadap anaknya, sehingga menyebabkan keterlambatan berbicara, sampai disebabkan oleh kelainan medis yang disebut dengan frenulum, yakni lipatan di bawah lidah yang pendek sehingga anak kesulitan untuk menghasilkan kata-kata maupun kalimat.

Padahal ya, speech delay seperti yang saya sebutkan di atas, bukan keinginan si bayi atau kedua orang tuanya. Tapi kok malah dinyinyirin sih? Bahkan tidak jarang, bayi dan orang tua yang jelas-jelas good looking aja kena nyinyiran atau bullying semacam ini lho. Sudah gila mereka-mereka ini yang melakukan tindakan tersebut. Sungguh tidak tahu diri.

Mungkin, memang edukasi terkait baby shaming di Indonesia ini masih sangat minim. Mungkin, mereka yang kerap kali melakukan baby shaming ini sebetulnya tidak tahu kalau tindakannya tersebut adalah baby shaming yang dapat melukai perasaan kedua orang tuanya. Saya saja baru tahu definisi dan dampak body shaming dan baby shaming setelah melek internet sekitar 10 tahun yang lalu. Sebelumnya ya tidak ada literatur maupun edukasi tentang hal ini di sekolah.

Jika Bunda mengalami baby shaming karena anaknya mengalami speech delay, Bunda tidak usah mendengarkan ocehan mereka ya. Tidak usah direspon berlebihan, senyumin aja. Dan yang terpenting, jangan salahkan diri sendiri dengan apa yang sudah terjadi. Jika Bunda tidak tahan dengan kondisi tersebut, Bunda konsultasi dengan psikolog profesional untuk mendapatkan bantuan dari psikolog profesional agar Bunda bisa mengatasi masalah tersebut. Jangan sedih ya Bunda, tetap semangat dalam merawat generasi penerus bangsa!

Dilansir dari halodoc.com, jika buah hati Bunda mengalami speech delay, Bunda bisa memberikan stimulus pada buah hati Bunda dengan cara melakukan diskusi sederhana dengan kalimat-kalimat sederhana, bernyanyi bersama, hingga membacakan dongeng-dongeng yang diharapkan dapat merangsang anak agar bisa berbicara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline