Lihat ke Halaman Asli

Buruh Migran Indonesia Lebih Terhormat Dibanding…?

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada berita dari pengadilan Hongkok yang saat ini sedang menyidangkan perkara Erwiana.

Bahwa Direktur Imigrasi(Hongkong) menyanggah jika pihak (staff) imigrasi HK melakukan kelalaian dalam menjalankan tanggung jawab tugas karena membiarkan/meloloskan Erwiana – dengan sekujur tubuh penuh luka – keluar dari HK.

Apa alasanya ?  "dikira Erwiana mengalami penyakit kulit"

Kebangetan..!!!

Derita yang menimpa buruh migran kita (TKI)  yang bekerja di luar negeri sepertinya tidak ada habis-habisnya - pemerasan, pelecehan, pemerkosaan, trafficking,  siksaan, penipuan, ancaman, hinaan, hingga pembunuhan- selalu saja terulang seolah subroutine yang siap akan menimpa salah satu atau beberapa diantara mereka tanpa ada yang mencegahnya.

Berapa banyak yang terungkap ke media? (mungkin) lebih banyak yang tak tersampaikan, terlebih yang kondisinyastres atau hilang ingatan. Sering cerita yang terjadi (menimpa) hanya menjadi bahan obrolan sesama BMI, sebagai referensi agar lebih berhati-hati.

Cerita kemalangan mereka mengintai sejak awal ; mulai saat mencari (informasi) kerja ke penyalur, saat berada di penampungan, saat akan diberangkatkan ketujuan, saat di tempat kerja, saat kembali pulang – di bandara/terminal bis dan saat berada kembali dirumah.  Iya saat dirumahpun –selalu ada yang mencari kesempatan.

Aneka macam cerita tentang buruh migran sudah jamak, pasti banyak yang sudah tahu. Sebenarnya bekerja keluar negeri bagi mereka adalah pilihanyang sulit, apalagi harus berpisah - tahunan dari keluarga (anak/istri/suami), karena sulitnya mendapatkan pekerjaan di negeri sendirimaka pilihan untuk menjadi buruh migran adalah pilihan yang terbaik agar bisa memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin berat.Dengan bekerja ke luar negeri mereka berharap masa depan akan lebih cerah.

Apa yang bisa kita perbuat? Pemerintah saja tidak bisa mencegah apalagi kita. Lho.., terus kemana anggota dhewan selama ini? Jangan ditanya, lebih baik disimak dulu link ini.

Pasti setelah membaca link tersebut anda geregetan….sambil manyun. Itu memang cerita 3thn yang lalu, lah apalagi sekarang!!! rasa malunya didahulukan ketimbang menolong mereka yang kebingungan di negeri orang. Memang sih tidak semua anggota dhewan seperti itu, tapi pilih mana “sebagian kecil yang ber-empati” atau “sebagian besar tidak ber-empati”?

Kembali soal pemerintah, sejauh ini apa yang dilakukan pemerintah (& legeslatif) terhadap Buruh Migran Indonesia (BMI)?, padahal melindungi warganya – sesuai UU- adalah menjadi kewajiban, tanggung-jawab pemerintah. Paling gampang simak saja komentar-komentar mereka.

Kok tega ya..! Ya iyalah masak ya iya dong! (maaf ikutan latah..saking geramnya).

Oke, anggaplah mereka (eksekutif & legeslatif dll)  mempunyai tugas mulia – tugas yang maha berat, maka dari itu digaji mahal. Duit untuk gaji mereka dari mana?. Selain dari pajak, salah lainnya ya dari devisa. Padahal kontribusi devisa Negara yang lumayan besar ya dari buruh migran itu – yang bekerja di luar negeri. Jika ukurannya sumbangsih untuk kepentingan orang banyak, berat timbangannya ke arah mana yang anda pilih? Jika ukurannya martabat, mulia yang mana? Pejabat yang seharusnya melindungi/membela demi memakmurkan/kepentingan rakyat atau Rakyak yang ihklas membiayai Pejabat dengan keinginan dibela/dilindungi dan dimakmurkan?

Selayaknya kita menghormati dan menghargai perjuangan hidup para buruh migran kita, mereka berjuang untuk mencari rejeki halal di negeri orang….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline