Apa yang sudah dilakukan oleh Metro tv terhadap kontributor (tak perlu disebutkan nama), dengan mencabut semua haknya, karena dianggap telah melakukan penyimpangan dalam kewajibannya sebagai seorang kontributor (jurnalis tak terikat), patut mendapat apresiasi yang sangat luar biasa.
Apa yang dilakukan manajemen Metro TV sangat patut ditiru oleh televisi-televisi yang saat ini banyak mengandalkan tenaga kontributor ketimbang jurnalis tetapnya.
Mungkin bisa dipahami televisi banyak menggunakan tenaga jurnalis lepas (kontributor). Disamping terbebas dari berbagai keterkaitan dengan ketentuan aturan-aturan baku ketenagakerjaan, juga menghemat biaya (cost) dalam operasionalnya.
Tapi sangat perlu diperhatikan juga, suburnya kontributor lebih pada kenyataannya menyuburkan praktik-praktik penyalahgunaan fungsi jurnalistik, ketibang pembelajaran jurnalistik yang baik sesuai etik yang tersandang disetiap insan pers.
Alhasil, tercipta lah 'predator-predator' jurnalis televisi. Di mana sepengalaman saya sebagai insan jurnalistik, tak pernah terjadi seperti ketika dulu televisi tak menciptakan kontributor.
Sebagai contoh, seorang kontributor dengan bebasnya mengelabui para nara sumber dengan mengedepankan atribut televisi yang disandangnya. Mereka pun membuat group-group kontributor, melakukan ancaman, tekanan dan terkadang boikot terhadap nara sumber. Padahal terdahulu jurnalis televisi tak ada yang melakukan itu. Mereka bekerja sendiri-sendiri sesuai keinginan redaksi masing-masing.
Selain itu, yang membuat tambah kisruh lagi. Kontributor yang sudah 'mapan' (segi keuangannya). Menciptakan robot-robot baru yang dikenal dengan istilah stringer. Sosok kontributor bagaikan sosok seorang bos. Atur sana-sini dan menggunakan metode setoran.
Ironisnya lagi, stringer yang tak setor, bisa dipecat dengan begitu saja. Dan sang kontributor mapan pun dengan gamblangnya menyatakan, "gak setor, ya gue pecat. Kan gue juga setor ke dalam."
Kejadian dan kenyataan tersebut membuat miris sekali. Dunia jurnalis televisi yang semula terhormat tercorengi oleh 'predator-preator' lepas seperti ini. Jurnalis tetap pun tersingkirkan dengan sendirinya.
Puji syukur Metro TV sudah terlebih dahulu mengambil langkah positif dengan memutus mata rantai kontributornya. Saya berharap televisi lainnya pun mengambil langkah tegas dengan menertibkan para kontributor-kontributornya, sebelum sempat berubah menjadi 'predator-predator' televisi. Dan menghancurkan moral-moral baik para jurnalis tetap televisi yang dilapangan maupun sudah menjadi korlip, produser atau setingkat di atasnya.