Lihat ke Halaman Asli

Iast Wiastuti

Menyenangi hal-hal yg beraktualisasi ke masyarakat

Kelenteng Ancol, Ketika Tiga Umat Beragama Berpadu

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

wisatapesisirANCOL - Menjelang perayaan tahun baru Imlek 2562, Kamis(3/2/2011) nanti, umat Konghucu maupun Budha sudah tampak mendatangi klenteng sekaligus vihara untuk melakukan berbagai persiapan ritual. Seperti yang trlihat di Vihara Bahtera Bhakti di Jl Pasir Putih, Pademangan, Ancol, Jakarta Utara. Untuk menyertai peribadatan nanti, vihara ini memasang 250 lilin berbagai ukuran. Selain memasang ratusan lilin, persiapan yang dilakukan meliputi membersihkan lingkungan dalam vihara, memandikan Rupang atau patung para dewa, memasang lampion di lingkungan komplek vihara, serta memasang tenda di halaman yang digunakan untuk sembahyang lilin. Persiapan perayaan tahun baru Imlek 2562 atau tahun shio Kelinci Logam di Vihara Bahtera Bhakti telah dilakukan . Umat Konghucu, Budha, maupun keturunan Tionghoa yang sudah beralih keyakinan di Jakarta Utara  mulai mendatangi Vihara Bahtera Bhakti . Sebagian mereka sudah ada yang melakukan sembahyang dan menyalakan lilin. "Sembahyang lilin dilakukan umat Konghucu pada malam Imlek, yakni Minggu malam, mulai pukul 19.00 sampai tengah malam. Selain umat Konghucu, umat Budha juga turut bersembahyang di sini karena komplek klenteng yang kini menjadi cagar budaya di Jakarta Utara ini juga ada ruang untuk pesembahyangan umat Budha," kata penjaga Vihara Bahtera Bhakti, Kimsin. Ada sekitar 250 lilin berwarna merah dalam beberapa ukuran disiapkan di area persembahyangan vihara. Di lilin tersebut ada tulisan dengan huruf tionghoa berukuran besar dan diberi nomor. Menurut pria yang sudah 40 tahun menjaga vihara Bahtera Bhakti ini, lilin tersebut diberi nomor agar umat Konghucu yang akan melaksanakan sembahyang lilin tidak kesulitan mencari posisi lilinnya. Apalagi, jumlahnya cukup banyak dan ukurannya beragam mulai dari 30 sentimeter hingga satu meter. "Lilin ini sengaja dititipkan oleh pemiliknya agar tidak kerepotan saat perayaan Imlek nanti. Dan lilin ini sudah dibeli semua, jadi tinggal dinyalakan saat menyambut malam Imlek," jelas Kimsin. Kimsin menjelaskan, tuan rumah pemilik vihara adalah Sampo Soei-Soe dengan Siti Wati yang sudah almarhum ratusan tahun silam pada masa legenda Laksamana Cheng Ho. "Menurut legenda pemilik vihara ini merupakan pasukan Cheng Ho, penyebar agama Islam di Nusantara yang menikahi seorang ronggeng Siti Wati. Dan makam mereka kerap diziarahi sebagian umat Islam yang mengetahui sejarahnya, selain peziarah umat Khonghucu," terangnya. Terkadang, ada juga santri yang berziarah ke makam mereka berdua. Tentunya tidak diikuti persembahyangan lain membakar kemenyan di seluruh ruangan dewa yang terdapat di komplek tersebut. Selain itu, para peziarah juga mendatangi makam mertua Sampo Soei-Soe yaitu orang tua dari sang Isteri Siti Wati yang jaraknya bersebelahan makam Embah Said Areli Dato dengan Kembang Ibu Eneng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline