Lihat ke Halaman Asli

Ada yang Salah Saat Jokowi Menjadi Imam Shalat?

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14013778531439917631

Pemilihan Presiden tinggal menghitung hari, ada dua poros besar yang akan bertarung dalam pemilihan presiden tahun 2014 ini, yaitu poros Prabowo-Hatta dengan partai2 pendukungnya (Gerindra, PPP, PAN, PKS, PBB dan Golkar) dan poros Jokowi-Jk dengan Partai2 pendukungnya (PDI, Partai Nasdem, PKB, Hanura dan PKP). Tidak dapat dipungkiri lagi, sebelum hari H tanggal 9 Juli mendatang para capres/cawapres masing-masing poros dan Tim Suksesnya akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk melakukan pencitraan positif  dan bahkan melakukan Kampanye Hitam maupun Kampanye Negatif kepada saingannya kepada seluruh masyarakat Indonesia. Dengan penyebaran informasi yang semakin beragam dengan bantuan Teknologi  Informasi yang mudah di akses oleh masyarakat, beragam cara dilakukan oleh para Capres/Cawapres beserta para Tim Sukses untuk melakukan pencitraan kepada masyarakat. Dengan menggunakan Media Elektronik, Media Cetak, Jejaring Sosial, dan lain-lain, Tim sukses masing-masing calon akan bekerja keras memutar otak untuk melakukan kampanye positif, negatif maupun hitam untuk memenangkan calonnya masing-masing. Capres/cawapres dan Tim sukses seharusnya berhati-hati dalam menggunakan media apapun itu untuk mencitrakan calon yang dijagokannya, karena hal-hal kecil bisa berdampak besar bagi penilaian masyarakat kepada calon yang diusungnya, apalagi menyangkut masalah agama. Indonesia adalah Negara dengan Mayoritas beragama Islam, Shalat adalah salah satu Rukun Islam kedua yang wajib di kerjakan oleh seluruh Umat Muslim.

Pengertian Salat (Bahasa Arab: صلاة; transliterasi: Shalat), merujuk kepada ritual ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad, sebagai figur pengejawantah perintah Allah. Umat muslim diperintahkan untuk mendirikan salat, karena menurut Surah Al-'Ankabut dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar:


...dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). (Al-Ankabut: 45)

Shalat adalah hubungan antara manusia dengan Allah, dan diharamkan shalat karena Riya' atau tujuan selain Allah.

Riya’ merupakan mashdar dari raa-a yuraa-i yang maknanya adalah melakukan suatu amalan agar orang lain bisa melihatnya kemudian memuji. Termasuk ke dalam riya’ juga yaitu sum’ah, yakni agar orang lain mendengar apa yang kita lakukan lalu kitapun dipuji dan tenar.
Riya’ dan semua derivatnya itu merupakan akhlaq yang tercela dan merupakan sifat orang-orang munafiq. Allah berfirman:

“Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (An-Nisaa’: 142)

Kesalahan Shalat Yang di Imami oleh Jokowi?

[caption id="attachment_339070" align="aligncenter" width="259" caption="Jokowi Saat menjadi Imam Shalat Gambar: www.voa-islam.com"][/caption]

Entah apa maksud dan tujuan orang yang mengupload foto saat Jokowi melaksanakan shalat dan sekaligus menjadi Imam? karena sangatlah jelas ketidakpahaman orang yang menyebarkan foto diatas dan imamnya (Jokowi) dalam melaksanakan shalat berjamaah, Imamlah yang menanggung dosa makmumnya dalam melaksanakan shalat berjamaah jika terdapat kesalahan dalam melaksanakan shalat.  Syarat untuk menjadi Imam sholat berjamaah sangatlah jelas diterangkan oleh Hadist-hadist nabi.

Adapun kriteria seorang muslim yang berhak menjadi imam telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits secara berurutan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ، فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ، فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً، فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا، وَلَا يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ وَلَا يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline