Lihat ke Halaman Asli

wiro naibaho

Wiraswasta

Memaknai "Marah" Menyambut Hari Pendidikan

Diperbarui: 28 April 2019   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi marah (pixabay.com)

Selaku pendidik "marah" ataupun "memarahi" adalah kata yang  susah untuk dihindarkan dalam menjalankan rutinitas. Dalam proses mendidik seorang guru akan "memarahi" siswa demi kebaikan bagi peserta didik tersebut, jika harus dimarahi.

Sejatinya marah dan memarahi juga ada dalam setiap lingkup kehidupan manusia, selagi ada interaksi manusia dengan manusia lainnya.

Makna dan tujuan "marah" itu sendiri bisa berbeda tergantung bagaimana seseorang melakukannya.

Dalam dunia pendidikan, memarahi tentu saja adalah untuk maksud mulia terdahap yang diramahi, dalam hal ini, peserta didik dan mahasiswa.

Apakah selalu marah itu benar dan sesuai dengan maksud dan hakikat yang sebenarnya?.  Tidak juga. Namanya manusia terkadang memarahi sering tanpa kontrol yang jelas. Karena marah bisa berasal dari "emosi", meskipun itu dalam proses mendidik.

Seyogianya marah itu bertujuan menciptakan situasi baru yang harus terbentuk dan mengarah kepada  yang lebih baik.

Namun, apakah kita pernah berpikir bahwa marah ataupun memarahi dalam proses mendidik bisa kurang tepat dan bahkan justru merugikan?

Bisa saja. Jika yang melakukan pemarahan tidak benar-benar mempertimbangkan maksud dalam melakukannya. Atau bersumber dari "emosional" yang tidak jelas. Niatnya baik sebetulnya, tapi karena kurang mempertimbangkan akhirnya merugikan dan menyesal kemudian.

Seperti kisah seorang mahasiswa kimia berikut.  Di suatu ketika, di laboratorium (lab), baru dibuat zat pereaksi untuk uji fitokimia. Pembuatan pereaksi ini baru pertama kali di lab. tersebut. Dan pembuatannya membutuhkan bahan kimia yang relatif mahal.

Seorang mahasiswa menggunakan pereaksi tersebut dalam penelitiannya. Bekerja di lab. pasti hati-hati. Dan mahasiswa tersebut pun melakukannya dengan sangat hati-hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline