Kehidupan ini tidak akan pernah terlepas dari proses pembelajaran. Oleh sebab itulah ada istilah "semakin banyak yang dipelajari maka semakin banyak pula yang belum diketahui".
Dinamika yang terjadi di dalam kehidupan, itulah sebetulnya ilmu. Sehingga tidak akan pernah ada ujungnya. Jika keabadian itu ada, maka contohnya adalah sebuah dinamika kehidupan atau perubahan yang terjadi dalam kehidupan itu sendiri.
Proses kehidupan akan berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, baik biotik maupun abiotik, yang kita kenal dengan ekologi.
Dalam bidang sosial lingkup dari sebuah ekologi itu contohnya sebuah negara. Proses ataupun dinamika dari kehidupan tentu saja juga terjadi. Oleh sebab itu, karena negara adalah sebuah sistem yang hidup, maka negara juga perlu belajar dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
Seperti halnya berdemokrasi. Suatu negara juga perlu proses belajar berdemokrasi.
Di Indonesia sendiri, proses dari demokrasi itu juga mengalami perubahan. Dinamika ini terjadi tentu saja berdasarkan pengalaman dan pembelajaran yang sudah terjadi sebelumnya.
Mendengar kata demokraasi. "Politik" pasti kata kedua yang muncul dalam pikiran kita.
Dalam pemahaman sebagian orang, politik itu seperti sesuatu yang tidak baik. Dalam praktiknya.
Orang-orang yang terlibat dalam politik dianggap orang-orang yang jauh dari sebuah keadaan spritual yang kurang baik. Atau sering disebut kurang rohaniah jika dalam agama.
Apakah kenyataan demikian? Sebetulnya tidak semua benar demikian.
Sesungguhnya dalam berpolitik itu tidak ada yang salah walaupun dikaitkan dengan kehidupan rohaniah seseorang. Seperti halnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa politik diartikan sebagai pengetahuan tentang ketatanegaraan seperti sistem pemerintahan. Sedangkaln dalam arti yang luas, politik itu adalah tentang hak dan kewajiban setiap warga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi politik sejatinya ilmu yang sangat diperlukan dalam suatu negara.