Lihat ke Halaman Asli

Hujan Berkat untuk Badati Damai

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh : Wirol Haurissa

HUJAN rintik-rintik berganti panas. Tepat pukul 17.00, saya dari Balitbang menuju Gong Perdamaian Dunia di Ambon. Dengan sepeda motor, Rifky Santiago membawa saya ke sana, untuk mempersiapkan acara Badati (bage-bage dari timur) yang digerakkan anak muda Muslim dan Kristen.

Di Gong Perdamaian, matahari bersinar dan hujan reda. Cahayanya menikam tajam. Saya masih sendiri karena Rifky pergi ke The Street, café di Jalan AY Patty.

Saya menunggu teman lain. Fileks Talakua dan Frans Nendissa datang membawa baliho berwana biru bertuliskan Refleksi Badati. Kami bertiga pun memasangnya di kedua tiang tempat duduk berwarna kuning dan hijau.

Sambil memasangkan baliho, dari kejauhan, Ipeh Alaydrus, Arief, Christian Tomahua dan teman-teman lain. Mereka berhenti sejenak di halte yang baru dibangun. Saya bingung , mengapa mereka berhenti. Oh, ternyata hujan datang lagi.

Saya memandang langit lalu berpindah ke arah monument Pattimura. Mata saya menatap sebuah fenomena alam “pelangi” indah di kota Ambon “inilah janji Tuhan bukan untuk hujan namun untuk damai dalam kasih.

Hujan berhenti, lalu kami bekerja. Saya kembali ke Balitbang. Malam pun datang. Saya melihat para muda dari Kate-Kate tiba di Baileo Oikumene. Mereka nampak antusias. Sementara di Balitbang, hujan turun lagi.

Hujan tak mematahkan semangat kami. Johan Lakburlawal dan Rey Latumeten datang mengambil peralataan dan kembali ke tempat acara. Berselang beberapa menit hujan berhenti. George Marcel menemani basudara dari Kate-Kate menuju Gong Perdamaian.

Saya masih menunggu di Baileo Oikumene. Rasa lapar menuntun saya pergi makan di tenda biru nasi kuning. Berturut-turut, Rudi Fofid dan Jacky Manuputty datang. Kami bertiga duduk. Setelah selesai makan, kami menuju Gong Perdamaian. Hujan turun terus-menerus. Saya, Rudi Fofid, Jacky Manuputty berjalan kaki. Sambil cepat jalannya, saya mengatakan kepada Jacky Manuputty.

“Bapa tutup kapala, tar lama sakit”

Jacky menjawab santai. “Lia gunung tana lalu game-game.”
Perjalanan kami dipenuhi canda tawa. Jacky menyanyikan “Hujan Berkat kan Tercurah”.
Sambil ikut bernyanyi, tibalah kami di Gong Perdamaian dengan kegembiraan. Saya masuk area gong untuk kedua kalinya. Di situ saya bertemu dengan basudara Muslim-Kristen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline