Lihat ke Halaman Asli

WIRMAN HARDI GUNAWAN

WIRMAN HARDI GUNAWAN

Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar

Diperbarui: 13 Mei 2020   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dewasa ini pendidikan di Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Kurikulum, Blueprint, dan UU Sisdiknas saat ini sedang hangat-hangatnya diperbincangkan baik itu di kalangan akademisi, guru, pengambil kebijakan, dan masyarakat. Kurikulum 2013 di awal kelahirannya, terjadi pro dan kontra akan isi materinya yang kurang luas dan tidak nyambung antara buku siswa dan guru. Hal tersebut menjadi bahan kajian pemerintah selaku pengambil kebijakan, dengan menyempurnakan isi buku kurikulum 2013.

Kelebihan dari buku yang terus mengalami revisi, berupa luasnya materi pembelajaran. Teks-teks sastra dalam buku tematik siswa, khususnya di Sekolah Dasar menjadi payung bagi pengembangan mata pelajaran yang lain. Buku siswa dan buku guru sekarang sudah padu. Terdapat pembelajaran yang terdiri atas tema-tema, dari tema-tema tersebut dibagi ke dalam beberapa sub tema,  dari sub tema itu terbagi ke dalam enam tahap pembelajaran. Setiap pembelajaran terdapat teks bacaan yang menjadi pengantar bagi mata pelajaran yang lain.

Tak tertinggal pula dongeng-dongeng yang baik dalam penyajiannya disertai gambar yang menarik. Tentunya dapat menumbuhkan jiwa-jiwa literasi sejak dini kepada peserta didik. Pembelajaran di kelas pun cukup menarik dengan pendidik yang sudah dibekali pengetahuan melalui diklat. Hal tersebut merupakan wujud keseriusan pemerintah dalam dunia pendidikan khususnya pengembangan literasi.

Literasi sastra sering kurang diminati oleh peserta didik. Mereka lebih suka memanfaatkan waktu luang untuk bermain-main daripada menggunakan waktu untuk membaca. Salah satu faktor berupa kurangnya pengenalan dan bimbingan pembelajaran sastra di sekolah. Padahal dengan sastra, membuat kita lebih berekspresi tidak saja melalui lisan, tetapi juga bisa dalam bentuk tulisan.

Realita dewasa ini, banyak siswa Sekolah Dasar lebih menyukai pembelajaran menggambar, pramuka, Olahraga, dan lainnya dibandingkan dengan pembelajaran sastra. Dalam mengatasi hal tersebut, guru harus menciptakan pembelajaran yang inovatif dengan model pembelajaran yang bervariasi agar tidak monoton. Misalnya dengan Mas Perta Beta, Mas Sayang, dan lain sebagainya. 

Pengaplikasian Mas Perta Beta dan Mas Sayang akan mewujudkan pembelajaran menyenangkan, penuh kreativitas dan berpusat pada siswa. Hakikatnya, pembelajaran sastra di Sekolah Dasar bertujuan untuk melatih siswa dalam berkreasi dengan caranya sendiri, serta melatih keterampilan  dalam hal menulis. Siswa yang belajar sastra dapat mempelajari banyak hal, salah satunya pemahaman budaya nusantara melalui cerita rakyat. Melalui cerita rakyat, siswa bisa mengenal, bercerita, dan menulis budaya-budaya nusantara sesuai latar belakang daerahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline