Lihat ke Halaman Asli

Wira Pandawa

Menulis mengungkap sisi lain mikrokosmos

Mudik adalah Hal yang Dirindukan tapi di Pandemi adalah Hal yang Wajib Dicegah

Diperbarui: 29 April 2021   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ramadhan adalah bulan penuh berkah,kita semua menikmati bulan Ramadhan ini dengan berbagai aktivitas,dan dalam situasi pandemi,kita menahan untuk tidak terlalu beraktivitas di luar rumah,kita menghabiskan bersama keluarga dan saudara,di rumah kita sendiri,aktivitasnya menjadi beragam,ada yang berjualan ,ada yang bekerja dari rumah,ada yang mengikuti Webinar gratis bersama para pakar yang membahas berbagai topik,kalau saya,saya memilih Webinar yang bertemakan Enterpreneurship,webinar tentang lingkungan hidup ,dan Kuliah via zoom yang ditawarkan oleh Fakultas Hukum Universitas Lancang kuning Provinsi Riau.Disamping itu saya sendiri membantu orang tua,beternak ayam kampung,itik ,bebek,kemudian 6 ekor kucing yang lucu-lucu,disamping mengisi ramdhan dengan mengajari adik yang masih sekolah SD ,membaca Alquran,dan Malamnya melaksanakan tarawih,tentunya dengan standar Covid,belakangan,masjid yang tidak menerapkan Covid ,saya memang hindari ,begitupun kewajiban ber sholat Jumat,saya sendiri memilih masjid yang menjaga protokol Covid.

Hal ini saya lakukan karena mendengar bagaimana Rosul Muhammad SAW menyampaikan sikapnya ketika wabah terjadi,kita ikut donk apa petunjuk  Rosul,bukannya melawan perintah dan aturan pemerintah sebagai yang memimpin bagaimana pandemi ini segera mereda.Rasul memerintahkan untuk tidak berdekatan dengan penderitanya maupun wilayah yang terkena wabah. Konsep karantina wilayah ini seperti diungkapkannya dalam HR Bukhari yang artinya: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu."

akhir di tahun 2021 ini kita akan kembali meninggalkan bulan penuh hikmah ini,adalah menjadi sebuah tradisi yang berasal dari kebiasaan umat Islam di Indonesia untuk konsep Mudik,mudik ini kita pulang ke kampung halaman,bersama sama ,kembali ke kampung  mengunjungi keluarga,rekan dan sahabat yang masih ada di Kampung,sebut saja saya tumbuh dan kembang di Kelurahan Muaralembu,Kecamatan SIngingi ,Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau.Kampung ini begitu indah dan punya kisah sendiri ,tapi karena jarak yang 2,5 jam dari Kota Pekanbaru,dan saya paham betul bahwa tanggal 6 ini semua aktivitas mudik akan ditutup dan dilarang,kepolisian dan tim Covid sudah siaga diperbatasan Kabupaten ,agar tidak ada yang masuk dan keluar dari kota Pekanbaru,Pekanbaru sendiri adalah surga tempat kami mencari keuangan,kota bisnis ini begitu menawan,disini saya kuliah,dan berorganisasi di HMI,di Bem dan Organisasi kampung,yang seluruh aktivitas ini dibunuh seiring Covid 19,ini berat tapi inilah faktanya.

Tidak mudik,kalau pandangan saya yang sedikit banyak nya dapat mengakses informasi bahwa Dosen saya Wafat 2 hari lalu karena covid 19,begitupun Emrizal Pakis,tokoh kabupaten Inhu ,dan juga Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Riau gugur karena gagal melawan Pandemi 119,tersebar juga video bagaimana jenazah tersebut dimakamkan sesuai standar dan protokol Covid 19,maka dari itu saya putuskan kepada seluruh saudara untuk tidak melakukanb kebiasaan Mudik,sebenarnya ini adalah harga diri dan kehormatan kita,ketika kita mampu saling menjaga di situasi pandemi ini,yang saya kesalkan masih saja ada narasi liar,bahwa rezim anti Islam karena gagal mudik? what? ini semakin tidak masuk akal dan rasional,ini kita sedang berbincang tentang kasus yang dialami seluruh dunia,sebut saja India dengan Ribuan yang tewas,kita tidak ingin virus ini berkembang dan membunuh keluarga kita tercinta,Akhirnya sebagai penutup Ramadhan yang seminggu lagi kita tinggalkan,mari kita tutup dengan hati yang suci dan tetap berperang melawan nafsu kita,nafsu pulang kampung,nafsu untuk menyebarkan informasi yang sama sekali salah .Terimakasih 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline