Lihat ke Halaman Asli

Ekowisata untuk Lingkungan yang Lestari

Diperbarui: 5 Desember 2022   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap daerah memiliki kekayaan alam dan budaya yang berbeda. Sama halnya dengan Indonesia, negara kita ini merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Negara kepulauan berarti negara yang memiliki banyak daratan yang terpisah-pisah, tetapi masih dalam 1 negara. 

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik, bahwa Indonesia memiliki 17.504 pulau (Rahma, 2020: 1). Dengan sejuta keindahan alam dan budaya tersebut, potensi berkembangnya pariwisata di Indonesia sangat terbuka lebar. Tidak dapat dipungkiri bahwa pariwisata memang amat mengandalkan daya tarik alam dan budaya. 

Maka dari itu, sebagai negara dengan potensi pariwisata yang unggul, seharusnya kita dapat memaksimalkan hal tersebut demi kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, tidak hanya pemerintah dan rakyat saja, tetapi seluruh pemangku kepentingan harus saling bahu membahu, menciptakan, mengembangkan, meningkatkan, dan membangun pariwisata Indonesia ke arah yang lebih baik.

Sebagai mesin penggerak sektor ekonomi yang penting bagi Indonesia, pariwisata memiliki posisi strategis dalam meningkatkan devisa negara. Bahkan perolehan devisa Indonesia dari industri pariwisata pada 2019, mampu menyentuh angka sekitar US $17 miliar atau setara dengan Rp2,3 triliun (Rahma, 2020: 2). Kondisi ini menyebabkan pariwisata berkembang di hampir semua daerah. 

Semua berlomba dalam masifnya pertumbuhan pariwisata. Selain berdampak positif terhadap perekonomian, tren pariwisata juga memunculkan dampak negatif, misalnya kerusakan lingkungan dan budaya, konflik, dominasi ekonomi oleh sektor yang kuat, hingga pertumbuhan pariwisata yang tidak terkendali. 

Sebagai sektor jasa berbasis kreatif, pariwisata seharusnya dapat menjadi industri yang lebih ramah lingkungan dibanding dengan industri lain, seperti tambang. Hal tersebut karena pariwisata hanya ‘menjual’ keindahan alam dan budaya saja, bukannya merusak atau mengambilnya. Sayangnya, permasalahan seperti degradasi lingkungan dan budaya lah akhirnya menjadi salah satu ancaman serius yang sedang kita hadapi saat ini.

Ekowisata adalah salah satu jawaban dari permasalahan tersebut. Pemikiran demi pemikiran yang bermunculan akhirnya tercetuslah sebutan ekowisata sebagai salah satu bagian dari pariwisata berkelanjutan. 

Pariwisata berkelanjutan merupakan konsep pariwisata yang berprinsip pada kelanjutan ekologi. Di dalam pariwisata berkelanjutan, termuat tipe-tipe wisata alternatif, salah satunya ekowisata. Ekowisata didefinisikan sebagai perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah alami yang melestarikan lingkungan, menopang kesejahteraan masyarakat lokal dan melibatkan interpretasi dan pendidikan (The International Ecotourism Society (TIES) dalam Erdoğan, 2017: 22). Jelasnya, ekowisata dimengerti sebagai suatu cara pandang tentang pengembangan dan pengelolaan kepariwisataan dalam lingkungan alam, yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan ekologi, sosial budaya, dan ekonomi, sebagaimana tercermin dalam pariwisata berkelanjutan. Kriteria utama ekowisata sendiri meliputi: (1) landasan ekowisata berbasis alam, (2) dimensi keberlanjutan ekowisata dari perspektif konservasi, (3) dimensi keberlanjutan manusia dalam bentuk partisipasi dan manfaat lokal, (4) pembelajaran dan pendidikan sebagai bagian dari pengalaman ekowisata, dan (5) keharusan etis (Fennell, 2014: 2). Dari pernyataan di atas, ekowisata dapat berperan sebagai diskursus alternatif dalam pengelolaan, perencanaan, dan pengembangan pariwisata yang mestinya sangat dibutuhkan dalam menghadapi isu kepariwisataan di masa depan, salah satunya adalah degradasi lingkungan.

Degradasi lingkungan biasanya timbul akibat pengambilan dan pemanfaatan sumber daya secara berlebih. Penyebabnya dapat kita bedakan menjadi dua, yakni faktor manusia dan faktor alam. 

Di sini lah bagaimana pariwisata mulai merusak keseimbangan lingkungan karena terjadi perubahan negatif akibat tidak tepatnya tata cara kelola lingkungan yang akhirnya berdampak buruk pada perubahan iklim. Perubahan iklim yang ekstrem semakin memperbesar potensi lingkungan dalam menghadirkan bencana untuk seluruh makhluk hidup di muka bumi. 

Keterkaitan degradasi lingkungan dengan ekowisata ada pada bagaimana cara mengatasi permasalah tersebut. Pelaksanaan ekowisata sendiri memiliki banyak manfaat, terutama dalam aspek konservasi, pemberdayaan dan pendidikan lingkungan (Suryaningsih, 2018: 65). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline