Lihat ke Halaman Asli

CERMIN..ENGKAU TAK PERNAH BERBOHONG

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dapatkah Anda melihat gambar disamping ini? YA, Saya yakin dengan mudanya Anda dapat melihat gambar tersebut. Dapatkah Anda mengingat kembali pengalaman yang sama ketika Anda melakukan hal yang sama dengan apa yang Anda lihat dari gambar tersebut? YA ..itu adalah pengalaman kita, Saya dan Anda ketika BERCERMIN. Pengalaman apa yang Anda rasakan ketika bercermin? Sensasi apa yang Anda rasakan ketika melihat bayangan Anda sendiri? Suara – suara seperti apa yang terdengar ketika Anda melihat wajah Anda pada cermin tersebut? Pasti diantara kita mempunyai pengalaman berbeda ketika melakukan kegiatan bercermin. Entah bagaimana caranya, Saya juga bisa tahu diantara pengalaman yang berbeda itu, kita pasti mempunyai pengalaman yang sama ketika bercermin. CERMIN TIDAK BISA BERBOHONG. Bayangan seperti apa yang muncul ketika kita bercermin, terimalah dengan apa adanya, itulah diri Anda sendiri. Saya ulangi kembali : CERMIN TIDAK BISA BERBOHONG Kita seringkali memanipulasi fakta yang muncul pada cermin tersebut. Seringkali kita tidak bisa menerima kebenaran yang muncul ketika melihat bayangan pada cermin tersebut. Langkah awal pada sebuah proses untuk mendapatkan kesadaran diri adalah MENERIMA DENGAN LEGOWO siapa diri kita saat ini, siapa diri kita menurut pAndangan orang lain disekitar kita. Bagaimana orang menilai kita saat ini, bagaimana orang memberi respon/ penilaian terhadap diri kita layaknya sebuah kegiatan yang sama dengan bercermin. Dalam berbagai konteks, pernyataan tersebut memiliki kesamaan. Misal: dalam konteks perjodohan berbunyi : “orang yang sholeh/ sholehah hanya untuk orang yang sholeh/ sholehah juga”. Dalam konteks lain : “ siapa yang selalu berlaku positif, akan mendatangkan orang – orang berperilaku positif juga”. Begitu seterusnya... Celakanya, perilaku yang seringkali dicap sebagai perilaku negatif juga mendapatkan respon yang sama. Mari kita lihat bersama, coba cek kembali mungkin ada kenalan kita yang sering kali mendapat label yang cukup “pedas” oleh lingkungannya. Teliti lebih dalam lagi bagaimana ia dalam kesehariannya. Bisa jadi ia sendiri yang MEMBUAT dirinya untuk diberi label “pedas”. Nah, kembali kepada tulisan pada paragraf diatas, Langkah awal pada sebuah proses untuk mendapatkan kesadaran diri adalah MENERIMA DENGAN LEGOWO siapa diri kita saat ini, siapa diri kita menurut pAndangan orang lain disekitar kita. Jika ingin mendapatkan penilaian yang baik dari lingkungan kita, orang – orang yang mengenal kita ataupun orang yang paling dekat dengan kita sekalipun, MENGAPA tidak bertanya pada diri, LABEL apa yang sudah ku sematkan pada diriku? Rasulullah SAW dalam sirohnya, pernah bercerita, “ada seorang sahabat yang menjadi ahli surga, hanya karena salah satu amalnya yang sederhana, yaitu : SETIAP MALAM, SEBELUM BERANGKAT TIDUR, IA SELALU MENGEVALUASI DIRINYA, SUDAHKAH IA BERLAKU BAIK HARI INI?” Saya yakin bermanfaat. Salam sukses!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline