Lihat ke Halaman Asli

Sekilas Tentang Wiranto

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sekilas tentang sosok Wiranto yang diambil dari buku dengan judul "Pengalaman, Pemikiran dan Tindakan" yang diterbitkan beberapa waktu lalu sewaktu saya melakukan roadshow ke beberapa kampus di Indonesia.  Mohon maaf apabila ada kekurangan maupun kata-kata yang mungkin kurang berkenan kepada para pembaca sebelumnya.

Sekilas tentang Jendral (purn) Dr Wiranto, SH. MM

Ia selalu mengatakan bahwa ‘saya bukan siapa-siapa’, tanpa risih sedikitpun ia juga selalu mengatakan, “Saya hanya anak orang biasa saja, seorang guru SD yang kehidupannya sangat bersahaja.  Saya kebetulan dapat peluang untuk terus mengikuti pendidikan dan menjalani berbagai penugasan, dipercaya rakyat dan mendapat karunia Allah Yang Maha Kuasa untuk  menjadi pimpinan ABRI ( sekarang TNI) merangkap Menteri Pertahanan Keamanan (sekarang Menhan), Menkopolkam (Menteri Koordinator Politik dan Keamanan) serta beruntung dapat mendampingi tiga dari enam Presiden Republik Indonesia yang pernah menjabat sampai saat ini.”

Itulah yang selalu dikatakannya, walaupun kita semua tahu bahwa seseorang untuk meniti karier di militer harus menjalani persaingan yang bukan main ketatnya. Menjadi pimpinan puncak di militer bukan pekerjaan mudah, membutuhkan kesungguhan, ketekunan, kegigihan, dan keistimewaan dibandingkan perwira lainnya. Sungguh karier yang sangat gemilang,  namun itulah Wiranto, ia tak pernah merasa istimewa dan tidak mengistimewakan jabatannya itu.

Pada awal jabatannya sebagai Menhankam/Pangab, ia sempat membekukan kompi pengawal Mabes ABRI (TNI), setelah mengikuti sidang kabinet di Istana Presiden. Cerita lengkapnya begini, pada saat sidang berlangsung, presiden bertanya kepada panglima tentang kemanan nasional, maka Wiranto menjawab dengan penuh keyakinan, “Situasi nasional aman dan terkendali.”

Namun setelah selesai sidang, pada saat perjalanan kembali ke Mabes ABRI, Wiranto melihat di belakang mobilnya ada pengawalan satu Jeep pasukan lengkap dengan senjata, dan itu sudah merupakan prosedur tetap yang berlaku sejak dulu. Dalam hati  Wiranto merasa ini salah, laporan kepada presiden aman dan terkendali, kok panglima masih dikawal pasukan bersenjata. Maka sesampainya di Mabes ABRI, Wiranto memerintahkan Kompi Pengawal dibekukan, dan selanjutnya panglima tidak perlu lagi pengawalan. Cukup satu sepeda motor yang ada di belakang mobil panglima dan tanpa sirine, boleh maju ke depan atas perintah.

Jenderal Wiranto diangkat menjadi Panglima ABRI di masa Orde Baru, pada 17 Februari 1998, dan kemudian dipercaya menjadi Menteri Pertahanan Keamanan pada 17 Maret 1998.  Jabatan di masa Orde Baru itu hanya dipangkunya selama tiga bulan, karena pada 21 Mei 1998, Orde Baru berakhir dan diganti dengan era reformasi, di mana Jenderal Wiranto masih dipercaya untuk tetap menjabat sebagai Menhankam/Pangab pada pemerintahan yang baru, dipimpin Presiden BJ. Habibie.

Pada masa awal reformasi inilah Wiranto memiliki peran yang sangat menentukan masa depan Indonesia. Kesadarannya tentang nasib bangsanya, pengendalian dirinya yang sangat prima telah menyelamatkan bangsa Indonesia dari pertumpahan darah seperti halnya negara-negara berkembang lainnya seperti Mesir, Libya, dan Syria,  di saat terjadinya pergantian rejim.

Sebagai pimpinan tertinggi militer, ia memilih untuk mengamankan pergantian rejim dapat berlangsung secara mulus, daripada ikut memperebutkan kekuasaan, walaupun hal itu sangat mungkin dilakukannya.  Selain itu masih banyak lagi terobosan dan langkah-langkah lainnya yang mengembalikan posisi militer benar-benar kembali ke jati dirinya “Dari rakyat, bersama rakyat dan untuk rakyat”.  Salam

- Di sadur dari buku "Pengalaman, Pemikiran dan Tindakan Wiranto"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline