Lihat ke Halaman Asli

Kader Insan Cita

Kader Himpunan Mahasiswa Islam

Perlunya Semangat Sociopreneur pada Setiap Kader HMI untuk Menjawab Permasalahan Bonus Demografi

Diperbarui: 27 Februari 2024   15:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah "teknologi digital" mengacu pada segala jenis teknologi yang menggunakan representasi biner data atau informasi. Ini termasuk menggunakan kode biner 0 dan 1 untuk menunjukkan data, yang dapat diproses dan diubah oleh perangkat elektronik. Komputasi, komunikasi, hiburan, bisnis, dan banyak lagi adalah contoh teknologi digital. Ini telah mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari. Contoh teknologi digital termasuk internet, komputer, smartphone, aplikasi perangkat lunak, jaringan sosial media, e-commerce, dan berbagai perangkat pintar yang terhubung ke internet, juga dikenal sebagai perangkat pintar. Dunia kontemporer sangat dipengaruhi oleh kemajuan pesat teknologi digital. 

Jumlah orang yang menggunakan teknologi digital di seluruh dunia sangat besar dan terus meningkat seiring dengan peningkatan penetrasi internet dan adopsi perangkat digital. Meskipun sulit untuk mendapatkan angka yang pasti karena perubahan yang terus menerus, perkiraan ini dapat memberikan gambaran yang cukup baik tentang jumlah orang yang menggunakan teknologi digital di seluruh dunia. Laporan yang diterbitkan oleh Statista memperkirakan bahwa pada tahun 2021 akan ada sekitar 4.66 miliar pengguna internet di seluruh dunia yang terhubung ke internet melalui berbagai perangkat, seperti komputer, tablet, ponsel pintar, dan lainnya. Selain itu, penetrasi ponsel pintar terus meningkat di seluruh dunia. Menurut laporan Ericsson Mobility Report November 2021, diperkirakan pada akhir tahun 2026 akan ada lebih dari 8,3 miliar langganan ponsel pintar di seluruh dunia. Namun, perlu diingat bahwa angka ini terus berubah karena infrastruktur teknologi berubah, pertumbuhan populasi, dan adopsi teknologi di berbagai tempat di seluruh dunia. 

Berdasarkan informasi yang dimiliki saat ini, jumlah orang Indonesia yang menggunakan teknologi digital diperkirakan cukup besar. Pengguna Internet berada pada tingkat penetrasi internet sekitar 73% di Indonesia diperkirakan akan mencapai 202 juta orang pada tahun 2021, menurut laporan We Are Social dan Hootsuite. Sedangkan ponsel pintar adalah salah satu perangkat yang paling banyak digunakan orang Indonesia untuk mengakses internet. Data yang dikumpulkan oleh Hootsuite dan We Are Social menunjukkan bahwa pada tahun 2021, sekitar 71% orang Indonesia menggunakan ponsel pintar.

Indonesia juga memiliki populasi pengguna media sosial yang besar, dengan perkiraan sekitar 160 juta orang di negara itu yang aktif menggunakan media sosial pada tahun 2021. Ini menjadikannya salah satu pasar terbesar untuk platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan YouTube. Pengguna E-commerce Indonesia juga berkembang cukup pesat. Menurut data dari e-Conomy SEA 2020, ada sekitar 73 juta orang Indonesia yang aktif menggunakan e-commerce pada tahun 2020. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan penggunaan platform e-commerce yang lebih luas.

Untuk memiliki dampak positif pada masyarakat, sociopreneur menggabungkan kewirausahaan dengan tujuan sosial. Mereka berharap untuk menghasilkan perubahan sosial yang signifikan melalui bisnis atau inisiatif non-profit yang meningkatkan kesejahteraan sosial, lingkungan, atau komunitas tertentu. Mereka yang bekerja sebagai sociopreneur tidak hanya berusaha untuk menghasilkan uang, tetapi juga ingin memberikan nilai kepada masyarakat atau lingkungan mereka. Sociopreneur biasanya mengamati berbagai masalah sosial atau lingkungan masyarakat, seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, atau kesetaraan gender, dan berusaha menemukan solusi yang inovatif dan berkelanjutan. Mereka dapat membuat barang atau layanan yang memenuhi kebutuhan orang yang kurang mampu, meningkatkan akses ke pendidikan dan layanan kesehatan, atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial. 

Dalam beberapa tahun terakhir, sosiopreneurship telah menjadi lebih populer di Indonesia, terutama karena meningkatnya kesadaran akan masalah lingkungan dan sosial serta keinginan untuk memiliki dampak positif pada masyarakat. Di Indonesia, banyak inisiatif dan program yang mendukung sosiopreneurship, termasuk pelatihan, pendanaan, dan bimbingan bagi calon sosiopreneur. Organisasi dan lembaga pemerintah dan non-pemerintah juga aktif dalam mendukung perkembangan sosiopreneurship.

Permasalahan bangsa yang semakin kompleks mengenai kesiapan menyongsong Indonesia emas2045 , sudah sepatutnya juga disiapin oleh HMI sebagai organisasi perjuangan yang memegang komitmen keislaman dan keindonesia. Kecepatan teknologi yang berkembang juga harus diimbangi oleh peningkatan SDM. Sociopreneurship juga harus dimiliki oleh setiap kader. Mendirikan perusahaan dengan mempertimbangkan aspek sosial seperti kesejahteraan menjadi hal yang fundamental. HMI yang tidak pernah kekurangan akses di birokrasi maupun pemangku kebijakan menjadi titik terang dari permasalahan ini. Namun, terkadang kader HMI tidak cakap dalam melihat potensi tersebut. HMI yang memiliki kurang lebih 250 cabang itu harusnya bisa memberikan kebermanfaatan yang besar bukan sebaliknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline