Lihat ke Halaman Asli

Wira D. Purwalodra (Second)

Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Menari di Atas Rantai, Fenomena Penjilat dalam Sistem Kepemimpinan yang Toksik!?

Diperbarui: 22 Agustus 2024   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Dok. Purwalodra-AI.

Oleh. Wira D. Purwalodra

Menari di atas rantai dalam konteks sistem kepemimpinan yang toksik adalah realitas yang sering kali jauh dari sorotan terang benderang. Dalam dunia yang diatur oleh hierarki dan kekuasaan, fenomena penjilat seperti sebuah tarian yang tampaknya diperlukan untuk bertahan hidup, namun sesungguhnya mengorbankan integritas individu. 

Kata-kata berharga Voltaire "Tidak ada yang lebih berbahaya daripada orang yang merasa ingin menyenangkan," secara tidak langsung menyentuh inti dari permasalahan ini. 

Dalam sistem yang korosif, ada kecenderungan bahwa untuk mencapai puncak kekuasaan, seseorang harus menanggalkan prinsip dan menjadi bagian dari penari-penari yang bergerak di atas rantai-rantai kepalsuan.

Apa yang membuat orang tergelincir menjadi penjilat bisa dihubungkan dengan konsep vibrasi dan hukum tarik-menarik. Menurut hukum tarik-menarik, kita menarik apa yang kita pancarkan. Maka, dalam konteks ini, orang-orang dengan niatan untuk mendekati kekuasaan dengan jalan pintas akan menarik lingkungan yang sama-sama manipulatif. 

Hal ini selaras dengan pandangan filosofi klasik yang menyatakan bahwa "kualitas introspeksi menentukan kualitas hidup kita." Ketika kita memancarkan energi ketidakjujuran, maka ruang kita akan dipenuhi dengan kebohongan. Sistem kepemimpinan yang toksik terbentuk dari orang-orang yang tidak tulus, menarik dan menciptakan lebih banyak ketidakjujuran.

Penjilat sering kali memainkan peran sebagai penghibur bagi atasan yang haus akan pengakuan. Di tengah budaya organisasi yang tidak sehat, loyalitas dianggap lebih dari kemampuan dan integritas. "Happiness is not an ideal of reason, but of imagination," ungkapan Immanual Kant ini berbanding terbalik dalam konteks kepemimpinan toksik; dimana imajinasi penjilat mestinya dicairkan menjadi kenyataan oleh kegilaan dari sosok pemimpin yang usang. Penting untuk dicatat bahwa tindakan penjilat dilandasi oleh rasa ketakutan dan ketidakcukupan; bukan ketulusan maupun kemampuan.

Dunia modern sering kali menjadi ladang yang subur bagi perilaku penjilat. Dengan tekanan sosial dan profesional yang menuntut kesuksesan instan, ada godaan besar untuk mengalah pada cara-cara yang tidak sehat untuk maju. "Ketenangan pikiran adalah kekayaan terbesar," kata Epicurus, yang mengisyaratkan bahwa perjalanan menuju puncak dengan cara-cara yang korosif hanya berakhir pada kehampaan spiritual dan mental. 

Vibrasi negatif akan selalu memantul kembali, membuat sistem yang seharusnya berkinerja malah merosot ke titik terendah produktivitas.

Di sini, hukum tarik-menarik berperan sangat signifikan. Sistem yang diisi oleh orang-orang tidak tulus akan terus memancarkan vibrasi negatif, menarik lebih banyak energi buruk dan orang-orang yang mempunyai visi serupa. Dengan kata lain, energi negatif akan menarik lebih banyak dari yang serupa, memperkuat sistem toksik ini seiring waktu. Hal ini menjelaskan mengapa sering kali kita melihat organisasi tertentu yang tampaknya tidak mampu lepas dari lingkaran setan yang sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline