Lihat ke Halaman Asli

Nasi Jinggo Babi Kecap

Diperbarui: 20 Juni 2015   05:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14020210531471767022

Nasi jinggo sudah tak asing bagi masyarakat Kota Denpasar. Namun, nasi jinggo satu ini sangat istimewa. Satu lauk-pauk yang menjadi andalannya, babi kecap.  Uniknya, pedagang nasi jinggo ini memiliki cirri khas yakni menggunakan masker.  “Penggunaan masker ini selain sebagai ciri khas, juga untuk menjaga kesehatan,” kata Gek Ayu Suryanita.   Demi kesehatan, wajah Gek Ayu  yang cantik rela ditutupi dengan masker. Namun, senyum manisnya yang ramah tetap terlihat walaupun tertutup masker.

[caption id="attachment_340749" align="aligncenter" width="150" caption="nasi jinggo babi kecap"][/caption]

Warung ini juga terlihat sangat unik. Warung dibuat dengan konsep bangunan kontainer. Ada tempat nongkrong di areal terbuka, termasuk di bagian atasnya.

Menurut suami Gek Ayu, Ade Krisna, konsep kontainer ini dibuat selain meminimalkan biaya, juga diharapkan menjadi tempat nongkrong yang unik.

Ade Krisna mengatakan,  awalnya mereka ingin membuka restoran serba panggang, namun, sambil menunggu konsepnya  selesai, daripada lahan tidak dipakai, ia mencoba menjual nasi jinggo untuk  sementara. Ternyata sambutannya luar biasa. Baru buka  tanggal 9 Mei, pembeli sudah antri mulai Pukul 19.00.

Warung nasi jinggo babi kecap  JBK 33 yang berlokasi di Jalan Kapten Agung ini, sangat digemari para anak muda yang suka nongkrong. Apalagi jam bukanya sangat cocok, mulai Pukul  5 sore sampai 10 malam. Seporsi nasi jinggo dijual seharga Rp 10.000, berisi nasi, tempe, telur, tum,  babi kecap, dan sambal yang pedas.

Menurut Gek  Ayu, awalnya, ia tak bisa masak. Justru, ia banyak belajar dari ayahnya,  Sidartha, pengusaha konvensi yang namanya sudah tak  asing lagi di Denpasar.   “Papa yang pintar masak. Setelah coba-coba masak babi kecap, ternyata hasilnya cocok dan yang mencicipi mengatakan  enak. Akhirnya, terbersit keinginan untuk  membuka warung makan. Ternyata nasi jinggo babi kecap jadi andalan kami,” kata Gek Ayu.

Gek Ayu pun turun tangan, mulai belajar ikut masak dari ayahnya.  Hanya, dalam hitungan sebulan, ia sudah mahir dan rasanya dinyatakan enak oleh beberapa anggota keluarganya yang mencoba hasil masakannya.  Ia segera membuka warung nasi jinggo babi kecap dibantu putrinya yang masih duduk di bangku kelas II SMPN 1 Denpasar.  “Satu hari, saya menghabiskan 15 kilogram beras. Ya lumayanlah untuk jualan dari pukul 5 sore sampai 10 malam,” katanya sembari tertawa.

Nasi jinggo ini sudah mendapatkan hati di mata pelanggannya. Gek Ayu menuturkan, beberapa waktu lalu, malah tamu dari Surabaya khusus datang makan ke warung nasi jinggo ini. Mereka mengatakan kepada Ade Krisna, tahu dari seorang teman. “Ya begitulah, banyak yang datang karena informasi dari mulut ke mulut. Malah, waktu ini nasi jinggo ini dijadikan oleh-oleh dibawa ke Jakarta. Ternyata nasi jinggo bisa juga dijadikan oleh-oleh khas Bali,” kata Ade Krisna.

Nasi jinggo ini memang tidak dibungkus sebelum ada yang membeli. Tujuannya, agar nasi lebih awet. Jadi siap-siap antri karena pembeli selalu ramai. “Kami juga menerima pesanan dan siap antar.  Untuk pesan antar minimal order 25 bungkus,” kata Ade Krisna. -Wirati Astiti




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline