Lihat ke Halaman Asli

Wira Pramudya

1810411084

Pemanfaatan Media Massa Terhadap Budaya Populer (Korean Wave)

Diperbarui: 27 Juni 2021   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berkembangnya media massa di Indonesia saat ini sangat memudahkan budaya lain masuk ke Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh (McQuail, 1989:31) bahwa komunikasi massa dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah yang besar. Dahulu untuk mendapatkan informasi harus melalui surat kabar atau radio, namun sekarang dengan adanya media massa untuk mendapatkan informasi sangatlah mudah. Informasi yang didapatkan dari komunikasi massa dapat mengubah sikap, perasaan dan perilaku seseorang tergantung dari penggunaan media massa itu sendiri.

Perubahan sikap atau perilaku masyarakat saat ini membuat muncul budaya populer dan atas kehendak media. Strinarti (2007) mendefinisikan bahwa budaya populer dihasilkan secara massal dengan bantuan teknologi industri. Budaya populer seperti Korean Wave saat ini dipasarkan secara professional terhadap publik untuk mendatangkan keuntungan. Korean Wave saat ini sangat menarik dalam industri periklanan atau hiburan saat ini.

Di Indonesia saat ini, teknologi sedang berkembang hingga terkadang memanfaatkannya berlebihan. Teknologi yang dimaksud adalah televisi dengan berbagai konten didalamnya. Konten-konten seperti Korean Wave sudah tidak asing lagi dimata masyarakat Indonesia. Lantas, apakah media massa sudah menayangkan informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat?

Teori uses and gratification yang dikemukakan oleh Blumler, Gurevitch, dan Katz ini menyatakan bahwa penggunaan media memainkan peran yang aktif dalam memilih dan menggunakan media. Little John juga mengatakan bahwa teori ini lebih menekankan fokus kepada individu khalayak dari pada pesan yang disampaikan oleh media itu sendiri.

Jika dilihat dari penjelasan tersebut jika dihubungkan dengan fenomena saat ini adalah fenomena yang sedang treding topic di Twitter yaitu pada 24 Juni Tokopedia membagikan video NCT Dream. NCT dream adalah salah satu boyband terkenal asal Korea. Dalam video tersebut, Mark mengatakan dengan bahasa Indonesia, "Halo, ada orang di rumah?" Sementara Jaemin dengan ekspresi lucunya mengatakan dengan bahasa Indonesia, "Yaampun salah tanggal." Kefasihan Jaemin berbahasa Indonesia serta ekspresinya yang natural menjadi bahan pembicaraan banyak penggemar hingga menjadi trending Twitter Indonesia no. 1 saat ini. Penggemar meninggalkan komentar seperti, "Cie nanadoongies kecanduan 'ya ampun salah tanggal," "Kita adalah nanadoongies yang dimabuk 'ya ampun salah tanggal'," "Lucu banget na Jaemin," dan masih banyak lagi. Dengan fenomena ini jika dilihat dari kacamata penggunaan media, apakah sudah benar?

Dapat diartikan bahwa masyarakat Indonesia dalam menggunakan media memiliki cara untuk memahami makna. Maka itu media saat ini sangatlah berperan aktif dan mengikuti perkembangan zaman, kehadiran media dalam penyebaran informasi dan budaya sangatlah cepat, hal tersebutlah yang membuat media massa dapat menciptakan masyarakat Indonesia kreatif dalam berkonten.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline