Tanggal 8 November 2017 lalu saya dan keluarga berkunjung ke kawah Ijen, membawa empat anak saya untuk menyaksikan keindahan alam yang sudah mendunia ini, yang selama ini hanya mereka lihat dan ketahui dari foto-foto, film dan cerita saya.
Saya pertama ke Ijen, 12 tahun yang lalu dan langsung terpesona dengan keindahannya dan terkagum-kagum dengan ketangguhan serta ketabahan para penambang belerang yang mencari nafkah di sana.
Saya jelas bukan orang pertama dan satu-satunya yang mengagumi keindahan itu. Keindahan Kawah Ijen kini sudah mendunia. Mendunianya Keindahan Kawah Ijen tak bisa dilepaskan dari jasa Nicolas Hulot, seorang reporter Prancis yang terkenal dengan acara TV yang berjudul Ushuaia Nature yang dalam salah satu episodenya pada tahun 1997 menampilkan Kawah Ijen dan sukses membuat orang di eropa terutama negara-negara berbahasa Prancis terkagum-kagum pada keindahan Kawah Ijen yang terbentuk secara natural tanpa campur tangan manusia.
Mereka menyebut pemandangan di Ijen itu dengan istilah "Lunair", artinya seperti pemandangan di Bulan, seolah bukan di bumi. Ringkasnya, mereka terkagum-kagum karena keunikan Kawah Ijen yang tak bisa ditemukan di tempat manapun di planet ini. Sejak Nicolas Hulot mengunjungi tempat ini dan membuat reportasenya, berbagai stasiun TV di Eropa seolah berlomba membuat reportase tentang fenomena alam yang spektakuler ini.
Beberapa tahun yang lalu, "Peking Express" sebuah reality show tentang petualangan yang sangat populer di eropa juga menjadikan Kawah Ijen sebagai salah satu lokasi syutingnya. Sebegitu kagumnya mereka pada Kawah Ijen sampai-sampai reporter TV Prancis di tautan Youtube ini tanpa ragu menyebut Kawah Ijen sebagai "Le plus beau volcan du monde" yang artinya "Gunung api terindah di dunia."
Banyaknya liputan tentang Kawah Ijen ini tentu melahirkan atensi yang besar di Eropa sana dan membuat penduduknya yang memiliki kebiasaan berlibur penasaran untuk mengunjunginya. Maka setiap tahunnya mengalirlah ribuan turis asing yang datang membawa devisa ke negara kita.
Dampaknya terhadap Banyuwangi apa? Terbukanya banyak lapangan pekerjaan, mulai dari hotel yang membutuhkan banyak karyawan, restoran, pengusaha jasa transportasi sampai jasa pemandu wisata. Singkatnya kehadiran turis-turis manca negara ini telah menghidupi banyak keluarga.
Menariknya, pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga tidak tinggal diam. Sejak Abdullah Azwar Anas menjabat sebagai bupati, berbagai prasarana pendukung untuk destinasi wisata ini dibenahi. Yang terlihat jelas dan terasa perubahannya adalah perbaikan jalan menuju tempat ini. Jalan yang dulunya kondisinya sangat parah, kini mulus seolah tanpa cela.
Sampai sejauh ini semua terlihat begitu sempurna, pemerintah yang mendapatkan banyak manfaat baik secara langsung dari retribusi maupun pajak dari bertumbuhnya ekonomi yang dipicu oleh kedatangan para turis asing ini. Tapi belakangan semangat untuk membenahi Ijen ini dan mempercantik tujuan wisata yang dikagumi dunia ini kebablasan. Saya begitu kaget ketika datang ke sana bersama keluarga, saya menyaksikan sebuah bangunan permanen sedang dibangun di salah satu sisi bibir kawah dan lobang-lobang galian pondasi di sepanjang bibir kawah menuju tangga turun menuju dapur belerang.
Ternyata, entah siapa yang punya ide gila, entah siapa penanggung jawabnya, tanpa melibatkan bahkan sekedar menanyakan pendapat para pelaku wisata yang berhubungan langsung dan paling tahu apa yang diinginkan oleh turis-turis yang datang ke Ijen, tiba-tiba bak petir di siang bolong BKSDA yang merupakan pemegang otoritas Kawah Ijen membangun infrastruktur gedung di puncak gunung ini dan membangun pagar di sekeliling kawah.
Ini kalau diibaratkan tas, Ijen ini seperti melihat tas Hermes yang berkelas, oleh pemiliknya ditempeli logo Levi's, karena sang pemilik merasa Levi's lebih sebab banyak dibeli orang. Kalau Ijen diibaratkan mobil, Ijen ini seperti mobil Ferrari yang ditempeli aksesoris Daihatsu cuma karena secara kuantitas, lebih banyak Daihatsu yang laku daripada Ferrari.