Ergebnisse der Potsdamer Expedition zur Beobachtung der Sonnenfinsternis von 1929, Mai 9, in Takengon (Nordsumatra). 5. Mitteilung. Über die Ablenkung des LIchtes im Schwerefeld der Sonne. Mit 13 Abbildungen. (Eingegangen am 25. Juli 1931) dikutip dari situs researchgate.
Menjelang peristiwa Gerhana Matahari Total yang akan hadir di Indonesia pada tanggal 9 Maret 2016 nanti. Menarik untuk mengetahui sebuah sejarah besar yang terkait dengan Indonesia dan terutama Gayo yang selama ini sudah dikenal orang sebagai Surganya Kopi dalam kaitannya dengan Gerhana Matahari Total.
Sejarah ini terkait dengan satu sosok terbesar yang pernah dilahirkan di dunia Sains, Albert Einstein. Penemu Teori Relativitas yang dengan penemuannya ilmuwan berhasil membuat Bom Atom yang meluluh lantakkan Nagasaki dan Hiroshima.
Lalu, apa hubungan kisah ini dengan Gayo? Begini ceritanya.
Pada bulan November 1915 di Aula Perpustakaan Negara Prusia, di depan anggota Akademi Sains Prusia yang terletak tepat di jantung kota Berlin. Lewat rangkaian empat ceramahnya, Albert Einstein mengumumkan lahirnya teori relativitas umum. Hal yang kemudian menjadi bahasan paling panas sekaligus menjadi terobosan terbesar di dunia sains abad ke 20.
Apa yang disampaikan Einstein ini adalah sebuah teori yang bisa menjelaskan perilaku benda-benda langit mulai dari Matahari hingga galaksi dan benda-benda langit yang aneh mulai dari bintang kate putih bahkan lubang hitam (Black Hole) yang misterius.
Einstein memulai gagasannya dari teori relativitas khusus yang dia kemukakan pada tahun 1905 dan mencapai puncaknya pada peristiwa di di aula perpustakaan negara Prusia di atas. Melalui serangkaian persamaan matematis yang rumit. Einstein menunjukkan kepada khalayak bahwa jagat raya kita ini sebenarnya berdimensi empat: tiga dimensi terkait ruang dan satu dimensi terkait waktu. Bukan hanya tiga sebagaimana yang selama ini kita pahami dan sesuai dengan hukum fisika klasik Newton.
Tapi sebagai gagasan baru, teori relativitas Einstein terdengar kontroversial karena seolah bertentangan dengan hukum klasik fisika Newton yang berbasis realitas dimensi tiga yang sudah mapan berabad-abad.
Menurut Einstein, keempatnya membentuk entitas yang disebut ruang-waktu. Keberadaan entitas ini membuat seberkas cahaya yang berdasarkan hukum fisika klasik merambat lurus, menurut Einstein tak lagi merambat lurus kala melintas di dekat benda langit massif menghuni salah satu sudut ruang-waktu yang bentuknya melengkung . Bahkan cahaya pun akan melengkung ketika melewati entitas ini. Kelengkungan ini dapat dilihat dengan jelas pada saat terjadinya peristiwa Gerhana Matahari Total.
Pembelokan cahaya yang dikemukakan Einstein ini pertama kali berhasil diamati dalam Gerhana Matahari Total 29 Mei 1919 oleh tim pengamat dari observatorium Greenwich (Inggris) yang dipimpin Arthur Eddington. Tapi karena Gerhana Matahari Total adalah sebuah peristiwa langka dan ketika peristiwa langka itu terjadi pun cuaca tak selalu bagus. Padahal sebagai salah satu prasyarat sebuah kesimpulan ilmiah dapat diterima adalah pengamatan itu dapat diulang dengan hasil yang sama. Akibat kesulitan itu sampai 10 tahun setelah peristiwa di Greenwich itu hanya ada dua pembuktian-ulang yang hasilnya kurang meyakinkan.
Erwin Finlay-Freundlich, fisikawan muda yang lair pada tanggal 29 Mei 1885 di Biebrich, Jerman yang merupakan tangan kanan Einstein adalah salah seorang yang paling getol untuk membuktikan teori relativitas Einstein.
Finlay-Freundlich telah mencoba membuktikan itu pada tanggal 10 Oktober 1912 pada peristiwa Gerhana Matahari Total di Brazil. Bahkan ketika perang dunia pertama sedang berkecamuk Erwin Finlay-Freundlich nekat pergi ke Crimea yang sedang berperang dengan jerman karena di sana akan terjadi Gerhana Matahari Total. Tapi kedua pengamatan itu hasilnya tidak memuaskan.