Lihat ke Halaman Asli

Bulan itu, Ternyata Bukan Bulan...

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Laksana sang bulan yang sangat indah

Indahnya merangsang setiap orang untuk melihatnya

Berharap padanya pada setiap pandangan

Segudang janji berhamburan dari mulutnya yang manis

Semua yang keluar dari rongganya yang agak bau, tapi nampaknya tak jadi masalah bagi lawan bicaranya, dan anehnya semua itu tanpa rasa beban sedikitpun

Terucap begitu saja, dengan sangat lancar dan manis..

Keluar begitu saja seperti layaknya sebuah air terjun yang tanpa henti menghantam bumi dan batu yang ada dibawahnya. Tanpa ampun ia terus-menerus melontar kata-kata manisnya…

Dan ahirnya, setelah dirasa cukup tentunya, dia pergi dengan enaknya.

berlenggang tanpa beban. Ia pun tersenyum, skali lagi dengan senyum yang sangat manis, sembari beranjak pergi meninggalkan sasaran. Dengan alibi-nya, surprise

Ternyata bulan yang aku lihat selama ini...

Yang sangat aku banggakan...

Yang sangat aku rindukan ....

yang aku sombongkan kepada bintang, matahari, dan kepada seluruh galaksi....

Yang aku sombongkan untuk tak akan pernah aku mengganti posisinya...

sekali lagi (ternyata) itu bukanlah sebuah bulan...

melainkan itu adalah sebuah luka yang amat dalam dan tak ada obatnya....

terimakasih bulan, kau telah mengusik hari dan mimpiku selama bertahun-tahun (bahkan)...

--sampai detik ini--




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline