Pernahkah kamu merasa terjebak dalam pikiran yang terus berputar? Setiap keputusan kecil terasa seperti masalah yang besar yang harus dipikirkan berulang kali. Itulan yang disebut dengan overthingking. Terkadang, kita tidak sadar bahwa kebiasaan ini bisa sangat menguras energi dan merusak ketenangan pikiran kita.
Tapi, tenang saja, kamu tidak sendirian. Banyak orang yang juga terjebak dalam lingkaran pemikiran yang tak kunjung selesai. Namun, kabar baiknya, overthinking bisa diatasi. Ada beberapa cara yang bisa kamu coba untuk menghentikan kebiasaan ini dan mulai menikmati hidup dengan lebih tenang. Yuk, simak langkah-langkah berikut!
1. Pahami Penyebab Overthingking
Seringkali, kita terjebak dalam overthinking karena kita terlalu fokus pada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Ketakutan akan kegagalan, kecemasan terhadap masa depan, atau rasa bersalah atas keputusan yang sudah diambil bisa menjadi penyebab utama.
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua hal yang kita pikirkan akan terjadi. Menyadari bahwa banyak dari kekhawatiran kita bersifat spekulatif bisa menjadi langkah pertama untuk mengurangi kecenderungan overthinking. Cobalah untuk menerima bahwa tidak semuanya harus dipikirkan berlebihan.
2. Fokus pada Apa yang Bisa Dikendalikan
Salah satu cara untuk menghentikan overthinking adalah dengan fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Alihkan perhatian dari apa yang sudah lewat atau apa yang belum terjadi. Fokuslah pada tindakan konkret yang bisa kamu lakukan sekarang.
Jika kamu merasa khawatir tentang masa depan, mulailah dengan langkah-langkah kecil yang bisa membantumu mencapai tujuan. Dengan demikian, kamu akan merasa lebih terkontrol dan tidak terjebak dalam kecemasan yang tidak perlu.
3. Mindfulness
Pernahkah kamu mendengar istilah mindfulness? Secara sederhana, mindfulness adalah cara untuk fokus pada momen saat ini tanpa terganggu oleh pikiran masa lalu atau kecemasan tentang masa depan.
Penelitian menunjukkan bahwa mindfulness dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional. Kamu bisa memulainya dengan latihan pernapasan yang sederhana. Cobalah tarik napas dalam-dalam dan fokuskan perhatian pada tubuh dan perasaanmu saat itu. Cara ini dapat membantu menenangkan pikiran yang gelisah dan mengurangi overthinking.
4. Berbagi dengan Orang Lain
Terkadang, overthinking muncul karena kita merasa beban kita terlalu berat untuk dipikul sendirian. Salah satu cara untuk mengurangi kecemasan adalah dengan berbicara kepada orang lain. Dengan membagikan perasaanmu, kamu bisa mendapatkan perspektif yang berbeda dan merasa lebih lega.
Jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau orang yang kamu percayai. Terkadang, hanya dengan mendengarkan atau mendapatkan pendapat orang lain, kita bisa melihat masalah dengan lebih jernih dan merasa lebih tenang.
5. Tetapkan Batas Waktu untuk Berpikir
Jika kamu mulai merasa terjebak dalam overthinking, cobalah untuk menetapkan batas waktu bagi dirimu sendiri. Misalnya, beri waktu 10-15 menit untuk merenung atau memikirkan masalah yang sedang dihadapi, lalu alihkan perhatian ke aktivitas lain.
Menurut penelitian dari Harvard Business Review (Schwartz & Porath, 2014), memberikan struktur pada waktu berpikir dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi stres.
Overthinking memang bisa sangat menguras energi, tetapi bukan berarti kamu harus terus terjebak dalam kebiasaan ini. Dengan pemahaman yang tepat dan latihan, kamu bisa menghadapinya dan menjalani hidup dengan lebih tenang. Jangan biarkan pikiran yang berlebihan merusak hari-harimu. Mulailah untuk lebih hidup di momen sekarang dan nikmati setiap detiknya.
Ingat, kamu tidak harus memikirkan segalanya secara berlebihan. Dengan langkah-langkah kecil dan konsisten, kamu dapat keluar dari pola pikir ini dan menikmati hidup dengan lebih damai. Cobalah untuk lebih santai, lepaskan kecemasanmu, dan lihat betapa hidupmu bisa terasa lebih ringan.
Referensi
Kirmayer, L. J., & Sartorius, N. (2015). Thinking too much: A systematic review of a common idiom of distress. Social Science & Medicine, 147, 170-183. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2015.10.021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H