Di masa pandemi, banyak peristiwa yang mengharu biru. Kisah perjuangan para tenaga kesehatan, para dokter yang berjibaku dari pagi hingga petang, para keluarga yang kehilangan anggota tercinta, kekasih hati dan sahabat yang pergi untuk selamanya, semua itu terjadi ketika virus Covid-19 menghancurkan tepian kegembiraan dalam kehidupan manusia.
Mereka yang selamat dari serangan virus mematikan ini, juga sering sulit melupakan masa-masa penyembuhan yang memaksa banyak orang untuk merasakan kesunyian dalam keterasingan.
Ada penggalan peristiwa yang tak sempat tercatat, ada momen yang sulit dibagi. Ada kesedihan yang tak sanggup terucap, apalagi diekspresikan. Namun semua itu tersimpan dalam alam bawah sadar dan lubuk hati terdalam, yang sewaktu-waktu terlintas kembali dan kerap mendatangkan kesedihan yang seakan sulit dilupakan.
Socrates mengatakan, "Kesedihan membuat akal terpana dan tak berdaya...", tapi dalam kalimat selanjutnya, Socrates mengajak mereka yang sedang bersedih untuk menerima dengan keteguhan hati dan mencari jalan keluar agar tidak terus terpuruk.
Salah satu media untuk membantu menyalurkan kegalauan jiwa adalah puisi. Puisi bukan hanya ditulis, tetapi juga bermanfaat untuk dibaca karena membantu mewakili perasaan diri. Dalam buku yang ditulis oleh Mukh. Doyin (2010) dikatakan bahwa membaca puisi dapat membantu mengekspresikan perasaan-perasaan yang sulit diungkapkan, sebagaimana yang tertangkap oleh pembacanya.
Tesis yang ditulis Hafidzatul Wahidah dari UIN Sunan Kalijaga juga menunjukkan bahwa terapi puisi dapat membantu meningkatkan kemampuan knowledge creation para anggota sebuah komunitas grup WhatsApp. Bisa dibayangkan, betapa dahsyatnya efek puisi, baik menuliskannya, maupun hanya membacanya.
"Doa: Prayer" adalah salah satu buku Antologi Puisi yang mencoba memenuhi kebutuhan tersebut. Buku antologi puisi ini ditulis oleh 7 penyair/penulis inspiratif yang terlibat dalam berbagai pengalaman menghadapi pandemi Covid-19. Mereka adalah Emji Alif, Annis D. Raksanagara. Rangga, Dharmawati TST, Kurnia Effendi, Shantined, Ndari Soedibjo, dan Winny G.W. Wardani. Ditulis untuk mewakili pikiran dan perasaan yang tak terungkap, membantu mengalirkan segala rasa yang memenuhi relung hati, sehingga membantu menyembuhkan diri dan menguraikan kompleksitas perasaan.
Puisi-puisi yang ditulis secara dwibahasa ini membantu membangun kembali harapan-harapan yang nyaris pupus di dalam kenangan.
Buku ini segera didistribusikan mulai bulan Maret 2022, dan sudah dapat dipesan ke penerbit melalui WA 0813 80832812 atau 0812 10025046
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H