Kalau ada jajanan khas provinsi yang bikin rindu, satu di antaranya adalah kudapan khas Minang, Sumatera Barat. Meski di kota-kota besar seperti Jakarta, semua menu masakan Padang bisa ditemukan, tapi beberapa jajanannya tetap sulit dicari.
Bagi yang sudah taragak bana jo kudapan khas Minang, maka tak ada jalan lain kecuali sempatkan diri jalan-jalan ke Padang dan Padang Panjang. Targetnya tentu jangan pulang sebelum menyantap 4 jajanan ini; Bubur Kampiun, Martabak Kubang, Ampiang Dadiah, dan Ketan Durian. Keempat jajanan ini bukan cuma porsinya yang bikin kenyang, tapi cita rasanya pun bikin lidah ketagihan.
Yuk, kita mulai sarapan pagi dengan Bubur Kampiun. Ini bukan sembarang bubur, tapi bisa dianggap super bubur. Bubur khas Minang ini memadukan sekaligus 4 jenis olahan bubur, yaitu bubur sumsum, bubur ketan hitam, bubur candil, bubur kacang ijo, ditambah kolak pisang atau kolak ubi.
Semuanya disajikan dalam satu mangkuk dengan kuah gula merah bersantan. Kalau dilihat sekilas tampilannya, mungkin seperti sajian kolak biasa. Tapi yang menimbulkan sensasi di lidah adalah saat mengunyah seluruhnya dalam satu suapan. Bayangkan, kita bisa merasakan karakteristik dari campurannya itu melebur menjadi satu rasa yang unik.
Jelang siangnya, sempatkan jalan-jalan ke Padang Panjang untuk berburu Ampiang Dadiah. Di sana, tidak semua lapau menyajikannya. Kalaupun ada, persediaannya tidak banyak. Kita harus tahu waktu dan tempat khusus untuk mendapatkannya.
Ampiang Dadiah adalah kudapan khas dari beras ketan dicampur yoghurt dari susu kerbau. Ini jenis susu fermentasi tradisional khas Minangkabau. Disajikan dalam piring kecil atau piring makanan, dengan beras ketan yang diselimuti yoghurt. Cara memakannya, bisa langsung diaduk, atau kita membiarkan tekstur lembut yoghurt bermain-main sejenak di mulut. Sensasi ini masih ditambah dengan kuah gula merah yang banyak serta parutan kelapa. Rasanya jadi ada manis dan sedikit asam.
Masih belum kenyang, ada Martabak Kubang yang bisa melengkapi kudapan sore. Aslinya martabak ini dari wilayah Nagari Kubang. Disajikan dalam irisan enam atau delapan potong yang tidak terlalu tebal, namun padat. Yang membedakan Martabak Kubang dengan martabak lainnya adalah aroma dagingnya yang khas berbumbu. Ciri khas Martabak Kubang juga terletak pada kuah cukanya yang kental. Kombinasi adonan tepung dengan telur, daun bawang, dan daging sapi yang dicincang menjadikan kudapan bergaya Mesir ini tak cukup dinikmati hanya satu porsi.
Menjelang senja, silakan menelusuri Jl. Sisingamangaraja, di Kota Padang. Di sepanjang jalan itu, kita bisa menemukan pedagang ketan durian. Model jualannya persis seperti orang berdagang buah durian. Tapi mereka menyediakan tempat lesehan sekaligus menu ketan putih atau ketan hitam di gerobakan.
Untuk menikmati jajanan ini, kita harus memilih buah duriannya terlebih dulu. Durian pilihan kemudian dibelah, dan disajikan langsung dengan sepiring ketan putih atau ketan hitam yang ditaburi parutan kelapa. Cara menyantapnya, seperti orang makan biasa dengan lauk buah durian. Sebuah durian bisa dihabiskan dengan dua hingga tiga piring ketan. Kalau masih belum puas, tinggal pilih lagi buah durian tambahan.
Nah, itulah menu jajanan sehari semalam yang bisa dinikmati di kota Padang dan Padang Panjang. Socrates boleh saja berfilosofi, "Aku makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan". Tapi kalau kata pecinta wisata kuliner, "Saraso rugi ka ranah Minang kalau alun mancubo kuliner nyo!" Rasanya rugi datang ke Padang kalau belum mencoba jajanannya. Onde mande.....lamak bana...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H